part 9

126 27 1
                                    

—Pernah ingin dibanggakan! namun, makian demi makian tak henti-hentinya—

"Sudah cepat! jangan cengar-cengir saja!" perintah pak Krisma.

"Hehe gini pak!" ujar Farel. "Jadi yang bisa tuh Khanza sama Raven! saya mah gak ngerti!"

"Apa kamu kemarin tidak memperhatikan?!" tanya nya tegas.

"Merhatiin kok! cuman udah lupa."

"Sudah duduk kamu!"

"Oke, siap bos!"

Pak krisma menatap Farel dingin, rasanya ingin ditelan saja murid sepertinya.

"Khanza Raven maju!" perintahnya.

"Kok saya pak?" tanya Raven.

"Sudah jangan banyak tanya! maju sekarang."

Raven bangkit dari kursinya. "Awas lo!" ujar nya tanpa suara kepada Farel.

"Bismillah," gumam Khanza.

"Sekarang kamu .... Raven, jelaskan!" ujar guru berkumis tebal itu.

"Khanza aja pak." tolak Raven.

"Eh apaan sih!" sahut Khanza berbisik.

"Udah lo aja kali." sahut Raven sambil berbisik juga.

Lengan mereka bersentuhan, saling tolak-menolak melalui berbisik.

Pak Krisma yang jengah melihatnya menggelengkan kepala.

"Tara Zachira!" panggil pak Krisma.

"Saya pak?" jawab Tara.

"Kamu saja yang jelaskan! dari tadi mereka seperti cacing kepanasan!" sindir pak Krisma.

"Baik pak." jawab Tara.

Tara maju ke depan papan tulis. Lalu menjelaskan bab yang kelompoknya kerjakan kemarin.

Hening.

Semua murid nyimak, mendengarkan apa yang di ucapkan gadis itu. Sampai satu kampret membubarkan keheningan.

"Kok pada diem?" ujar Farel.

Eh anjing. lagi nyimak ini bangsat.

Kutu emang!

Bego nyari mati!

Mati aja lu bangsat!

Kurang lebih begitu ucapan murid-murid kelas mengutuk Farel dalam hati. Menurut Farel sih gitu, aslinya mah enggak tau wle:v

Khanza dan Raven saling tatap lalu mengangkat bahu tanda tak mengerti.

"Mau ngakak plis," ujar satu kampret lagi.

Astagfirullah batin Khanza.

Sebuah penghapus papan tulis melayang tepat di pelipis Farel. Bercak berwarna biru melukis di pelipis nya.

Mampos rasain.

Rasanya pen ngehujat Farel sekarang batin Raven.

Farel diam. Kicep anjay. tuh guru galak juga padahal udah tua gak inget umur:v

Maafkan kelakuan muridmu ini pak. Memang rada-rada.

"Lanjutkan, Tara." ujar pak Krisma.

Tara mengangguk lalu mulai menjelaskan hal yang ia ketahui.

****
"Apa yang di lakukan anak kamu hah?!" maki Marko.

"Maaf."

"Saya tidak butuh kata maaf!" sergah Marko. "Apa dengan kata maaf semua akan kembali?"

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang