Harapan yang akan menghancurkanmu...
—Petunjuk—
Khanza meletakkan kepalanya diatas meja. Ia jadi khawatir memikirkan Lesti yang tak kunjung pulang dari semalam. Kemana pergi Lesti, apakah ada urusan yang sangat penting? Ah Marko saja tidak pernah memikirkan keluarganya! mereka sibuk akan dirinya masing-masing tanpa memikirkan seorang anak yang menjadi korban ulah orang tuanya.
Brakk!
Tara menggebrak meja Khanza. Sontak sang empunya menggebrak balik meja itu dan langsung terbangun dengan tatapan tajam miliknya. Khanza menatap Tara kesal, pikirannya untuk mencerna masalah yang sedang ia hadapi diganggu oleh sahabatnya.
"Masih pagi gak baik ngelamun," ujar Tara sambil cengengesan.
"Berisik." sahut Khanza lalu menghiraukan Tara.
Tara mendekatkan bangkunya dengan Khanza. Ia menepuk pundak Khanza dan tersenyum lebar. Biasanya jika sudah sesi seperti ini, akan ada curhatan hati seorang.
Khanza menoleh, mendapati Tara yang sudah duduk dekat sekali dengannya. Ia menatap gadis itu yang sedang cengengesan tidak jelas. Khanza memutar bola matanya malas, jika sudah sesi curhat-curhatan ia lebih memilih untuk tidur dari pada harus mendengarkannya. Tidak penting, pikirnya.
"Cepetan, 15 menit!" ujar Khanza.
Tara tersenyum puas. "Jadi, tadi pagi gue berangkat bareng Farel, terus tahu gak?"
"Gak."
"Dia nyuruh gue buat eum....anu...."
"Apaan?"
"Ah lupain! hal lebih penting nih ya gue benar-benar ngerasa disayang sama Farel! beruntung banget gue terima dia kemaren."
"Masih anget-angetnya tahi ayam," sindir Khanza.
"Ish tapi gue serius Za! lo gak turut seneng lihat sahabat lo ini senang?"
"Senang, tapi berlebihan."
"Kan gue cerita fakta!"
"Dulu lo gak sebucin ini deh, Tar." jeda Khanza, "sekarang bucin banget, dikit-dikit tebar uwu ke gue."
"Hehehe....."
"Lo kira gue pedagang pinggir jalan? yang kalau lo kehujanan singgah lalu pergi setelahnya?"
"Ih bukan gitu Khanza! gue cuman mau bagi-bagi kebahagiaan doang sama lo."
"Iyaa deh serah lo Tar."
"Yang penting lo bahagia,"
Farel dan Raven barusaja memasuki ruang kelas. Tentu saja keduanya akan mengapeli sang pacar. Ah ralat, kan mereka memang sekelas! enak juga pacaran sekelas, bisa bucin kapan pun yang kita mau dan ditambah lagi sekelompok adeh adeh <3.
Farel merangkul bahu Tara dari belakang. Ia mencium kening gadis itu lama dan beralih duduk menghadap gadisnya. Yaelah tau sekarang mah yang udah bucin, gue rontokan ketombe bisa apa sih hm.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAVEN [END]
Teen Fiction[REVISI❗] [MENGANDUNG KATA-KATA KASAR !!] "Ven, gua suka sama lo!" ujar Khanza lantang. "Kenapa lo suka sama gua sedangkan lo tau gua udah punya pacar?!" ujar Raven. "Gadis yang malang, kamu akan mati!" Note : Murni hasil pemikiran saya, jika te...