Part 27

66 12 0
                                    

Semuanya sudah diatur sama sang pencipta , kita hanya dapat merelakannya.
—Khanza.

—Antara Bahagia dan Benci—

Hari ini Khanza harus mengikhlaskan seseorang yang ia sayangi untuk pergi meninggalkannya selama-lamanya. Khanza menatap sendu batu nisan yang berada dihadapannya. Siapa yang menyangka bahwa Dyra akan pergi secepat ini? tidak ada yang tahu kapan kita akan dipanggil.

"Pasien terkena penyakit Demam berdarah yang sudah parah. Biasa disebut demam berdarah dangue, penyakit ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah atau syok, perdarahan hebat, dan juga kematian secara tiba-tiba."

"Hari ini, Rabu 13 januari 2016 pukul 13.00 WIB. Pasien bernama Dyra Zhepyra meninggal dunia. Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi Tuhan berkehendak." ujar Dokter keluar dari ruangan Dyra.

Khanza tersenyum tipis. Gadis itu mengusap batu nisan tersebut dengan air mata yang masih setia mangalir deras. "Selamat jalan pahlawan kecil kakak." ujar Khanza pelan.

"Nanti kita bertemu lagi di surga," imbuh Khanza.

Lesti yang tak kuasa mendengar ucapan Khanza menangis deras. Ia sebagai seorang ibu mencoba untuk tegar, walaupun hatinya belum ikhlas.

"Za, ayo pulang." ajak Lesti.

"Ibu deluan aja sama yang lain, Khanza disini dulu." sahut Khanza yang masih setia menatap batu nisan tersebut.

"Yaudah ibu deluan, kamu jangan lama-lama Za keburu hujan." nasihat Lesti lalu pergi meninggalkan pemakaman.

Khanza mengingat kenangan dirinya dan Dyra dimana gadis kecil itu yang periang tidak pernah mengeluh kesakitan. Ternyata anak kecil seusia Dyra sudah pandai menyembunyikan penyakitnya, tentu saja Dyra tidak ingin membuat orang disekitarnya bersedih.

"Cepat banget kamu pergi Ra," gumam Khanza. "Kita belum beli permen lolipop yang kamu mau."

Tara menangis dipelukan Farel. Setiap mendengar ucapan yang keluar dari mulut Khanza membuat hatinya ikut teriris-iris. Dyra adalah anak yang baik, dan tidak sombong. Rasanya tidak rela jika anak itu harus pergi deluan.

Raven berjongkok disampibg Khanza. Ia merangkul bahu Khanza memberi kekuatan untuk tabah melewati cobaan ini. Raven mengusap punggung Khanza. Khanza menoleh, menatap Raven dengan mata yang masih dipenuhi oleh air mata.

"Dyra udah pergi ya?" tanya Khanza kepada Raven.

Raven meneteskan air matanya. Dirinya juga baru mengenal gadis se-periang Dyra, tapi ternyata itu perkenalan terakhir mereka. Raven mengangguk menanggapi ucapan Khanza.

"Kita pulang Za," ajak Raven. "Bentar lagi hujan turun."

"T-tapi kasian Dyra sendiri kalau aku pulang," sahut Khanza.

"Ikhlas Za, gue yakin lo pasti bisa!"

"Udah ikhlas kok, cuman masih kangen aja." jawab Khanza dan tersenyum tipis sekali.

"Kak Khanza pulang dulu ya Ra, nanti kakak main lagi ke sini." ujar Khanza sambil mencium batu nisan itu.

Khanza bangkit mengusap air matanya. Berjalan pulang bersama Raven disampingnya. Ia menjadi lebih pendiam sekarang, mungkin karena ia harus merasakan kehilangan lagi. Khanza menaiki mobil Raven, lelaki itu membawa mobil tadi.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang