Part 29

79 14 0
                                    

Hanya tuhan dan takdir yang tahu cerita selanjutnya.
-Khanza.

-Pembunuhan-

Khanza sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tara sudah menunggu dirinya sejak tadi. Sialnya Khanza kesiangan lagi, tapi kali ini ia tidak akan terlambat sendiri. Karena Tara bersamanya.

Khanza menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Dapat dirinya lihat, Tara sedang sarapan bersama dengan Lesti. Terlihat canggung sekali mereka berdua, Khanza memaklumi hal itu. Oh ya, pemberitahuan bahwa Tara sekarang sudah tinggal bersama Khanza dan Lesti di rumahnya. Kasian juga Khanza dan Lesti sendiri di rumah, jadi Tara tinggal bersama mereka untuk menambah isi rumah itu.

"Pagi semua!" ujar Khanza mencairkan suasana.

Khanza terlihat lebih bahagia sekarang, tentu saja karena ada Tara. Dirinya juga tidak menyangka bahwa akan memiliki kembaran. Rasanya senang sekali, ia mendapatkan teman untuk berbagi suka maupun duka. Mereka sahabat sekaligus kakak beradik. (Gue juga pengen kayak gitu :)

"Pagi," sahut Tara dan Lesti.

Mereka bertiga sarapan bersama. Sepanjang sarapan hening, tidak ada yang bergeming atau sekedar percakapan ringan. Hanya dentingan sendok dan garpu yang mengisi ruangan tersebut.

"Khanza berangkat sekolah dulu bu," pamit Khanza yang sudah selesai makan.

"Tara juga," imbuh Tara.

Lesti menganguk sambil mengusap kepala anak-anaknya saat kedua putrinya mencium tangannya.

"Belajar yang benar." pesan Lesti.

Kedua gadis itu mengangguk. Mereka berjalan bersama menaiki angkutan umum. Ini adalah kali pertamanya Tara menaiki angkot. Rasanya mual sekali, kepalanya pusing tidak kuat harus berhempit-hempitan seperti ini. Ternyata Khanza mengalami hal seperti ini setiap harinya. Tara lebih beruntung, mendapatkan kasih sayang orang tua yang baik dan memiliki harta walaupun mereka bukan orang tua kandungnya. Sedangkan Khanza ia tidak mendapatkan kasih sayang kecuali dari Lesti. Hidup sederhana.

"Lo kenapa pucet Tar?" tanya Khanza panik.

"Nggak papa kok!" sahut Tara.

"Nggak papa gimana? itu pucet banget!"

Huekk!

Huekk!

Khanza menjauhkan kakinya yang hampir saja terkena muntah Tara. Penumpang yang berada disekitarnya pun marah-marah. Apalagi kaki ibu-ibu yang terkena muntah Tara. Jelas sekali meraka memaki Tara habis-habisan.

Tak butuh waktu lama mereka telah sampai di sekolah. Tara membayar uang lebih sekalian untuk membersihkan mobil yang terkena muntahnya itu. Khanza terkekeh tak menyangka Tara bisa seperti ini. Khanza pikir Tara terlalu merasakan kehidupan yang serba ada, jadi wajar saja gadis itu muntah akibat berhempit-hempitan di angkot tadi.

"Malu gak Tar?" ledek Khanza.

Tara menyikut lengan Khanza. "Apaan dih!"

"AHAHA!" tawa Khanza.

Tara tersenyum tipis melihat Khanza yang menertawainya. Rasanya sakit sekali melihat Khanza yang masih bisa tertawa lepas disaat masalah terus menghampiri hidupnya.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang