Part 10

129 29 13
                                    

—Yang lemah dia yang kalah—

"Kok bisa kek gini?" tanya Tara.

"Gatau ulah nya si Erick!" ujar Farel.

Mereka sedang berada di dalam UKS. sengatan tawon kemarin membuat wajah ketiganya seperti badut.

"Ini bantuin gua, Rick!" ujar Raven.

"Eh bangke! gua aja belum kelar dari tadi!" sahut Erick.

"Elisa kemana, Ven?" tanya Farel kepalanya sedikit menoleh.

"Diem!" peringat Tara.

"Iya iya!"

"Gak masuk." jawab Raven.

"Pantesan lo heboh!" seru Erick.

"Mau dibantuin gak?" tawar Tara.

"Eh Tar, punya aku aja belum kelar!" sungut Farel.

"Anjir aku—kamu" ledek Erick.

"Ih!" umpat Tara. "Bukan aku yang bantuin!"

"Terus siapa?"

"Minta tolong sama Khanza aja." usul Tara.

"Nah boleh tuh!" sahut Erick.

"Hm."

"Kalo Raven gak mau biar gua aja!" goda Erick.

"Nyenye!" gerutu Raven.

"Udah gercep!" seru Farel.

"Hm canggung anjir!" ujar Raven, keceplosan.

"Anjir ngakak gua!" sahut Erick.

"Jadi mau kan?" tawar Tara sekali lagi.

"Udah Tar ajak aja," ujar Farel.

"Okay!"

Tara mengambil ponsel di saku celananya. Membuka aplikasi Chatting mencari kontak bernama 'Khanza prend' mengetik sesuatu lalu send.

"Udah?"

"Udah beres tunggu aja"

"Bagus."

"Serius ini Tar?" tanya Raven.

"Iya."

"Eh anjir bukan gua yang nyuruh!" seru Raven entah kanapa ia jadi gugup.

"Biasa aja dong!" ejek Erick.

"Bacot!"

****
Tara Cans

Khanza!

Uks sekarang!

Khanza

Apa?

Tara Cans
Sini gercep!

kesempatan!

Khanza
kesempatan apa?
kalo ngomong yang bener jangan setengah setengah.

Tara Cans
Bawel amat lo!

cepet sini gua butuh lo!

read.
Khanza menghela nafas pasrah, sebenarnya ia malas keluar kelas. Tapi, ya sudahlah temannya membutuhkan nya.

Khanza berjalan melewati koridor demi koridor. Melewati lapangan volly yang tentunya di isi banyak manusiawi berlalu lalang.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang