Part 18

80 18 1
                                    

Ada banyak hal didunia ini yang tidak bisa ku mengerti. –Khanza.

—Curiga (2)—

Khanza keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menuju ruang tamu dimana disana sudah ada Raven yang menunggunya. Khanza melangkahkan kakinya melewati ruang kerja papa Raven yang ia kunjungi tadi.

Tak sengaja, Khanza melihat pintu ruangan yang sedikit terbuka. Khanza tidak berminat untuk melihatnya, namun suara dari dalam ruangan membuat langkahnya berhenti.

Khanza jadi penasaran apa yang sedang mereka bincangkan disana. Jujur saja ini tidak sopan. Khanza tahu ia sudah lancang.

"Apakah kamu mendapatkan informasi tentang keturunan Dafa?" tanya Vino.

"Ya." Jawab lelaki yang membelakangi Khanza, hingga ia tidak dapat melihat wajahnya.

"Bagaimana?" tanya Vino.

"Keturunannya masih hidup." sahut lelaki tadi.

"Dugaanku benar." gumam Vino.

"Lalu dimana mereka sekarang?" tanya Vino.

"Pak Surya sudah menerornya tenang saja pak," ujar lelaki tersebut lalu terkekeh.

SREET!

Pintu ruangan terbuka oleh Khanza. Dengan cepat Khanza berlari turun ke bawah menemui Raven.

"Siapa disana?!" ujar Vino tegas.

Pasalnya orang tersebut telah mendengar perbincangan dirinya dan tangan kanannya, yaitu orang kepercayaan. Alvino dan lelaki tersebut keluar ruangan dan mencari orang yang telah lancang menguping pembicaraannya.

Disisi lain Khanza menarik tangan Raven dan mengajaknya untuk pergi secepatnya dari rumah ini. Khanza sangat panik, rasa takut terus menghampirinya. Namun, ia tetap tenang agar Raven tidak curiga padanya.

Bagaimana jika kalian yang ada diposisi Khanza?

Seperti maling yang ketahuan?

Kini mereka telah tiba di rumah Khanza. Raven menatap Khanza dengan raut bingung. Kenapa Khanza terburu buru sekali tadi?

Khanza yang tahu apa yang ada dibenak pacarnya.

Tunggu dulu, apa pacar?

Khanza mengakui Raven sebagai pacarnya?

Hebat! kenapa tidak?

Toh, mereka juga resmi pacaran.

Khanza tersenyum menatap balik Raven, "kamu jangan bingung gitu." ujar Khanza.

Raven menautkan kedua alisnya, "kenapa tadi buru-buru banget?" tanya Raven.

"Aku—m—g—gua tembus hehe..." elak Khanza.

Sebenarnya ia tidak datang bulan saat ini, tapi mau bagaimana lagi? ia harus berbohong demi kebaikannya.

"Yaudah, sana masuk!" perintah Raven.

"Iyaa.... Dadah!" ujar Khanza sambil melambaikan tangan membuka gerbang dan masuk.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang