Part 8

140 33 2
                                    

-Sometimes your attitude fascinates me-

Hari ini adalah hari yang menyebalkan, bagi seorang Khanza. Pasalnya, hari ini ia lupa membawa uang jajan dan bekal nya tertinggal.

Sekarang disini lah Khanza berada, tempat yang dipenuhi oleh rak-rak buku besar. Lebih tepatnya perpustakaan.

Bukan Khanza sok pintar atau anak rajin yang sering belajar. Demi menghindari rasa laparnya, lebih baik mempelajari materi yang akan dilakukan kelompoknya untuk presentasi bukan?

Apa kalian berpikir Khanza akan mengerti dengan soal-soal kimia tersebut?

Jawabannya tidak.

Soal-soal kimia dilembaran buku bercetak kimia tersebut membuat penat saja.

Rasa lapar dan haus menyeruak diperut dan tenggorokan Khanza. Andai ada pangeran yang baik hati datang membawakan nya makanan dan minuman, "Fiuhh..." cerita itu hanya ada dikalangan novel.

"Khanza!" Sapa seorang gadis sedikit berteriak.

Khanza tersenyum sumringah, "Tara." sahut nya.

"Lo gue cariin kemana-mana juga!" gerutu Tara.

"Kenapa nyariin?" tanya Khanza polos.

Apa-apaan ini? Khanza malah bertanya layaknya orang ling lung!

Astaga!

"Kok lo nanya kenapa si?"

"Ya....gatau hehe...."

"Lupain. Kenapa lo gak ke kantin?" tanya Tara.

"Mau belajar." jawab Khanza sekenanya.

"Biasa nya lu ogah-ogahan, Za."

"Biar pinter, sesekali."

"Selamanya jangan sekali doang!"

"Iya iya!"

Tara memperhatikan raut wajah Khanza yang tidak biasa, kesal, sedih, dan malas.

"Lo belum makan ya, Za?"

"Mm....belum," Khanza menggelangkan kepalanya sambil terkekeh.

"Pantesan muka lo kusut."

"Lupa disetrika hehe...."

"Yok ah, kantin!" ajak Tara.

"Eee....Tar," Sergah Khanza, "lo traktir ya?"

Tara tampak berpikir sejenak, "Yaudah, ayok."

Khanza tersenyum sumringah beruntung memiliki sahabat yang baik dan perhatian seperti Tara.

****
"Disini rupanya." ujar Farel kepada kedua wanita yang sedang melahab makanan.

"Mau apa lo?" gertak Tar.

"Eh buset anjir galak bener!" Sahut Erick yang baru sampai, dibelakang nya ada Raven dengan raut wajah, ogah-ogahan.

"Makan dulu yang bener!" ujar Farel tersenyum manis.

"Perhatiannya abang Farel," ujar Erick sambil duduk disebelah Khanza.

Farel berdiri disebelah Tara, satu tangannya dalam saku celana. Reflek atau bagaimana tangan Farel mengusap puncak kepala Tara, nyaman.

Anjir!

Si kutu apaan dah!

Tara tak menghiraukan perlakuan Farel terhadap dirinya. Biar saja! ini kantin, jangan jadi tontonan gratis.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang