Part 19

68 17 0
                                    

Saat pencapaian berada pada target terakhirmu, maka disitulah kamu akan lengah tak berdaya.

—Bukti—


Tara meneteskan air matanya, terkesan akan perjuangan Khanza sekarang. Sesuatu yang akan terjadi dimasa yang akan datang, tidak ada yang tahu. Kita hanya mengikuti alur yang sudah tertulis dan terus berjuang tanpa kata menyerah.

Tara memeluk tubuh Khanza, begitu pun sebaliknya. Tara bisa merasakan apa yang sahabatnya rasakan saat ini.

"Tar?" panggil Khanza.

Tara melepas pelukan dan menatap Khanza, "kenapa?"

"Jangan pergi ya, gue cuman punya lo sekarang," ujar Khanza. "Sahabat terbaik gue." jelasnya.

Tara tersenyum manis lalu mengangguk. "Iyaa.... gue selalu sama lo."

Khanza tersenyum gembira. Ia beruntung memiliki sahabat yang mengerti seperti Tara.

Suasana kian canggung dan melow. Khanza mencoba mencairkan suasana. "Tar liat gue!" seru Khanza.

Tara menatap Khanza. Khanza tertawa, "lo nangis ya?"

"Ya....iyalah bego banget!"

"Cie nangisin gue, gue berasa cowo yang berhasil meninggalkan pas lagi sayang-sayangnya," goda Khanza.

"Idih apaan si Za!" sahut Tara.

"Gue tuh terharu dan ikut merasakan yang lo rasain tau gak!" jelas Tara.

"iyaa gue tau...."

"Lo tau gak Tar kandungan air mata itu?" tanya Khanza.

"Enggak." jawab Tara singkat.

"Kandungan air mata itu 1% cairan dan 99% perasaan." ujar Khanza dengan senyuman tipis.

"Sok tau lo bocah!" ujar Erick.

Khanza dan Tara langsung menoleh begitu mendengar suara dari pintu. Tara menatap sinis Erick yang tidak tahu sopan santun. Bukannya permisi dulu ini main nyelonong aja.

"ERICKK!" murka Tara.

"Kenapa sayang?" tanya Erick sambil memasuki kamar.

"Palak lo sayang!" sahut Farel yang baru memasuki ruang kamar bersama Raven dibelakangnya.

Farel menoyor kepala Erick, dan duduk disebelahnya. Kali ini Farel terlihat lebih sensi dengan Erick. Erick sih banyak tingkah.

Raven berjalan mendekat Khanza, Raven duduk disebelahnya. Sekarang Khanza yang tidak sehat. Jantungnya tidak baik untuk terlalu dekat dengan Raven.

"Kenapa belum tidur?" tanya Raven.

Satu tangannya mengusap kepala Khanza.

"Heum....belum bisa tidur." jawab Khanza.

"Udah malam, tidur sekarang." perintah Raven.

"Lo juga tidur Tar." ujar Farel.

"Dih ngatur." sahut Tara.

"Atau gue tidurin." lanjut Farel.

Tara menatap tajam Farel. Ia tidak mau mengambil risiko besar untuk masa depannya hanya karena tidak tidur.

Tara melompat dan menarik selimutnya menutupi tubuhnya yang terasa dingin. Gadis ini ingin istirahat secepatnya, ia juga lelah seharian ini.

Raven menatap Khanza datar.
"Tidur juga," ujarnya.

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang