Part 24

62 12 0
                                    

Terkadang orang tua salah dalam menanggapi anaknya. Dan tidak semua orang tua menguasai sifat anaknya.
–Khanza

—Dyra Sakit—

"Hai anak Dafa? apa kabar?" ujar Surya. "Senang bertemu denganmu kembali."

Khanza masih terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang. Tentu saja Khanza mengenal ke tiga lelaki dihadapannya. Tiga lelaki licik! mau apa mereka dengan Khanza? dan apa hubungannya dengan Marsel? atau Marsel ada kaitannya dengan kasus penculikan Khanza waktu itu?

Khanza melangkah mundur. Marsel mendekati Khanza, menarik tangannya untuk ikut serta duduk bersama mereka. Jangan tanyakan lagi! Khanza sangat takut saat ini. Ia tidak akan sanggup menghadapi ke tiga lelaki paruh baya ini. Meski sudah menginjak umur 40 keatas, tubuh mereka masih terlihat gagah.

"Lepasin!" berontak Khanza untuk meminta cekalan tangannya dilepas.

"Duduk dulu," ujar Marsel lembut. "Ada hal penting yang akan kita bicarakan."

"Apa?!"

"Anak perempuan yang pemberani," puji Abdi gemas melihat tingkah Khanza.

"Apa kamu akan berdiam saja, Marko?" tanya Surya.

Marko mendengus kesal. Ia menatap Khanza, "duduk cepat!" bentak Marko.

Khanza terkejut dengan bentakan itu, lalu ia menuruti untuk duduk bersama mereka. Dihadapannya ada Surya dan Marko. Disamping kirinya terdapat Abdi, dan dibelakang Khanza ada Marsel yang berdiri. Khanza menatap ke empat lelaki di ruangan itu horor. Pasti akan terjadi sesuatu setelah ini. Khanza harus waspada, mereka sangat berbahaya.

"To the point." ujar Khanza.

"Baiklah, mari kita kenalan dahulu."

"Saya Surya, disamping kiri kamu Abdi, dihadapan kamu—"

"Marko dan dibelakang saya Marsel."

"Kamu sudah mengenal kita rupanya." sahut Abdi.

"Tentu." jawab Khanza tidak minat. "Ada hal penting apa?"

"Lesti—"

Abdi melemparkan tatapan tajam kepada Surya yang lengah. Khanza dapat melihat tatapan itu, sangat bermakna sepertinya. Dan soal Lesti? apakah wanita itu sudah berada di rumah? dan apa hubungannya dengan ke tiga lelaki ini? sial semua pertanyaannya hanya dapat bersarang tanpa ada yang bisa menjawab!

"Kami ingin menawarkan satu hal kapada kamu," ujar Abdi mengambil alih.

"Sesuai yang sudah kamu ketahui, kerja kontrak itu belum usai sampai sekarang." jelas Abdi.

"Ayahmu, Dafa belum menandatangani surat tersebut! dan Dafa juga belum menerima surat laporan dari kami."

"Saya sudah memperingati Dafa, supaya ia lebih cepat menerimanya."

"Tapi dengan bodohnya Dafa menolak kerja kontrak tersebut. Dan pada saat itu kami mendapat kabar bahwa Dafa telah tiada," terang Abdi panjang lebar. "Kami turut sedih, kami adalah sahabat."

ZAVEN [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang