"HAHAHAHHAAHHA"
Suara tawa memenuhi ruang tamu itu. Tawa yang membuat Arm menatap datar pada Tay yang masih belum berhenti tertawa sejak ia bercerita tentang kekesalannya karena diabaikan Off.
"Puas kau menertawai ku hah?!" rengut Arm kesal seraya menyikut perut Tay dengan keras.
"Aduhh! Oke, oke aku akan berhenti tertawa. Hahahah." ucap Tay menahan sakit dengan sisa-sisa tawanya.
"Aku jadi penasaran apa yang terjadi seminggu yang lalu di rumah Gun hingga membuatnya mulai tidak waras seperti ini?" heran Tay sambil memandang Off yang sibuk dengan ponselnya. Menghiraukan kegaduhan dan suara tawa yang disebabkan oleh kedua temannya ini. Off seperti berada di dunianya sendiri dengan ponselnya itu.
" Tanyakan sendiri padanya" ucap Arm ketus, ia masih kesal karena Tay menertawakannya.
Arm melanjutkan makannya yang tertunda karena meladeni pertanyaan Tay. Sedangkan Tay masih memandangi Off yang tersenyum aneh di sofa dengan dahi berkerut. Memperhatikan setiap gerak-gerik Off dengan ponselnya. Hingga terbersit satu cara untuk mengetahui hal yang membuat Off seperti itu.
Tay menyenggol tangan Arm yang akan menyuapkan makanan ke mulutnya. Membuat Arm sudah akan memberikan tatapan tajam pada Tay yang lagi-lagi mengganggunya makan. Namun saat Arm menoleh senyum miring bertengger di bibir Tay membuatnya menaikan sebelah alisnya bertanya. Arm tahu betul arti senyuman Tay, yang mana Tay sudah mempunyai rencana untuk memaksa Off bicara.
Melihat Arm menaikan alisnya bertanya, Tay kemudian mengedikan dagunya ke arah Off, lebih tepatnya ponsel yang dipegang Off. Arm yang mengerti kemana arah rencana itu mengganggukan kepalanya tanda mengerti. Lalu Tay berdiri dari posisi duduknya yang lesehan, begitu juga dengan Arm. Mereka mengambil posisi masing-masing. Arm berjalan mengitari sofa lalu berdiri tepat di belakang Off. Sedangkan Tay berpura-pura melakukan peregangan di depan Off. Saat melihat Off masih fokus pada ponselnya, Tay menatap Arm yang berdiri di belakang sofa. Seolah sedang menghitung mundur dalam diam, lalu Tay menganggukan kepalanya.
"OIII!! TAY!" terikan Off memenuhi kondo itu. Off berusaha mengejar Tay yang merebut ponselnya, tapi Off tidak bisa bergerak dari duduk nyamannya di sofa.
"Oii! Lepas!"
Off berusaha berdiri tapi Arm menahan tubuhnya agar tetap duduk di sofa.
"Arm lepaskan!"
"Tidak akan"
"Lepaskan! Apa yang kalian lakukan?! Tay kembalikan ponselku! Hey! Tay!!"
Off terus berontak berusaha mengejar Tay yang keluar kondo dengan membawa ponselnya.
"Apa yang kau lakukan Arm?! Lepaskan aku!"
"Tidak akan. Sampai aku dan Tay tahu apa yang membuat mu jadi tidak waras seminggu ini."
"Aku?" tanya Off heran.
"Dasar tidak sadar diri." dengus Arm yang masih menahan tubuh Off dengan kuat agar tidak beranjak dari sofa.
"Jangan asal bicara kau Arm. Aku masih waras-"
"Berbicara dengan kantung plastik kau sebut waras? Lalu tersenyum aneh setiap waktu hingga tidak mendengar setiap orang yang menyapa? Kau masih menyebut diri mu waras Off?" Off seketika terdiam salah tingkah dengan pertanyaan Arm.
"Aku.. itu.."
"HAHAHAHHAAHHA"
Suara tawa Tay terdengar memasuki kondo. Mengintrupsi jawaban Off yang tergagap. Membuat Arm memandang Tay heran, sedangkan Off semakin salah tingkah tahu akan apa yang Tay tertawakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Rasa Itu Telah Berubah || OFFGUN
FanfictionIa akhirnya menyerah akan rasa yang hanya Ia rasakan sepihak. Sesuatu yang awalnya hanya sebuah lelucon belaka yang Ia perbuat. Membuatnya jatuh terlalu dalam. Namun, saat Ia telah memutuskan untuk menyerah, tanpa Ia ketahui "Dia" mulai menyadari...