Ia akhirnya menyerah akan rasa yang hanya Ia rasakan sepihak. Sesuatu yang awalnya hanya sebuah lelucon belaka yang Ia perbuat. Membuatnya jatuh terlalu dalam.
Namun, saat Ia telah memutuskan untuk menyerah, tanpa Ia ketahui "Dia" mulai menyadari...
Kakinya melangkah dengan ringan, bibirnya menyunggingkan senyum tanpa henti.
Gun memasuki rumah tanpa menyadari sebuah mobil asing terparkir di garasi bersebelahan dengan mobilnya. Sekarang sudah hampir jam setengah duabelas malam dan rumahnya masih terang benderang. Alis Gun mengernyit heran, tidak biasanya lampu masih menyala jam segini di rumahnya. Gun sering pulang larut malam ketika pergi party dengan teman-temannya. Hanya lampu di teras dan lampu dekat tangga saja yang masih menyala. Tapi sekarang semua lampu menyala seperti sengaja dibiarkan seperti itu.
Gun tidak terlalu ambil pusing masalah lampu yang menyala. Dirinya sekarang lelah. Ia harus segera mandi dan berendam dengan air dingin untuk menyegarkan tubuhnya. Ia dari lokasi syuting langsung pergi memastikan restoran tempatnya memberikan kejutan untuk Jane. Lalu setelah itu langsung menjemput Jane dirumahnya. Meskipun lelah tapi Gun puas akan hasilnya. Ia berhasil memberikan kejutan ulang tahun untuk Jane. Melihat Jane tersenyum seperti itu sudah cukup meringankan rasa lelahnya tadi.
Gun langsung berjalan manaiki tangga tanpa menoleh ke kanan ke arah dapur, dimana sesorang telah menunggunya sejak sore hingga ketiduran di meja makan. Gun memasuki kamarnya, menaruh tas yang ia bawa sejak dari lokasi syuting. Merebahkan dirinya sebentar di kasur dengan memejamkan matanya. Setelah beberapa menit Gun beranjak dari tempat tidurnya, teringat akan ponselnya yang kehabisan baterai setelah menelpon di taksi.
Gun meraih tasnya, mengambil ponsel yang mati lalu mengisi dayanya di dekat nakas. Gun mengidupkan ponselnya dan melihat notifikasi dari twitter, Gun membalas tweet Jane disana. Setelah itu Gun meletakan ponselnya, mengabaikan banyaknya panggilan tak terjawabd an pesan masum di ponselnya, kemudian berjalan ke toilet untuk mandi dan berendam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Sekitar 20 menit Gun habiskan untuk berendam. Saat keluar dari toilet Gun menemukan Pim sudah duduk di kasurnya dengan wajah ditekuk kesal.
"Kau kenapa Pim? Apa yang kau lakukan disini? Ini sudah malam, kau harusnya sudah tidur." ucap Gun seraya menghampiri Pim.
"Aku yang harusnya bertanya pada mu P'. Kemana saja kau dari sore? Kenapa jam segini baru pulang? Dan juga ponsel mu tidak dapat dihubungi."
Gun menatap adiknya heran. Pim biasanya tidak cerewet seperti ini. Bahkan ketika Gun pulang jam 3 pagi setelah party dengan teman-temannya Pim tidak pernah menunggunya dan bertanya banyak hal seperti ini.
"P' ikut aku ke dapur sekarang." Pim berdiri dari kasur lalu berjalan keluar kamar Gun. Mau tak mau Gun mengikuti Pim ke bawah.
"Kau kenapa Pim? Tidak biasanya kau banyak bertanya seperti ini. Kau juga sengaja menunggu P' pulang? Dan masalah ponsel, ponsel P' mati karena kehabisan baterai. Memangnya kenapa? Apa ada hal penting?" tanya Gun menatap adiknya yang masih menampilkan wajah kesal sambil berjalan di sampingnya.
Pim menghela nafasnya mendengar pertanyaan beruntun dari Gun. Pim berhenti di pintu dapur dengan Gun yang berdiri di sampingnya tanpa melihat ke arah dapur. Gun menatap Pim dengan dahi mengernyit, tidak mengerti dengan tingkah anehnya.
"Pim? Jawab aku!"
Pim mengalihkan tatapannya dari arah dapur untuk menatap Gun di sampingnya. "P' bilang ponsel P' kehabisan baterai? Lalu kenapa P' bisa memposting foto P'Jane di twitter P'?"
"Kenapa kau menanyakan itu? Kau belum menjawab pertanyaan ku. Dan tentang postingan itu, P' meminjam ponsel Jane untuk login dengan akun twitter P'." Pim menghela nafasnya lagi mendengar jawaban Gun.
"Lihat ke sana P'. Lihat siapa yang menunggu P' di meja makan sejak sore."
Gun kembali mengernyit, lalu menolehkan kepalanya ke arah meja makan di dapur setelah mendengar perkataan Pim. Seketika tubuh Gun membeku, jantungnya terasa berhenti berdetak untuk sesaat, tanpa sadar Gun juga menahan nafasnya. Disana, di meja makan Off tertidur di depan makanan yang belum di sentuh sedikit pun dengan posisi terlungkup. Gun mengerjapkan matanya beberapa kali berharap itu hanya ilusi. Tapi sebanyak apapun Gun mengerjapkan matanya sosok itu tetap tertidur disana dengan posisi yang sama.
Gun masih menatap Off yang tertidur ketika suara Pim kembali terdengar. "Aku menyesal dan merasa bersalah sudah mengundang P'Off untuk makan malam disini. Seandainya aku tahu akan seperti ini, aku tidak akan mengundangnya."
"A-apa yang k-kau bicarakan Pim?" Gun bertanya dengan terbata-bata, jantungnya kini berdegub kencang menanti Pim menjawabnya.
"Aku terlalu senang karena P'Off akhirnya mengunjungi rumah kita tadi pagi untuk pertama kalinya setelah sekian tahun dia menjadi partner kerja mu P'. Jadi aku menawarkan P'Off untuk makan malam bersama dengan kita disini. Dan P'Off setuju. Nenek sangat senang ketika mendengar P'Off akan makan malam disini. Nenek membuat banyak hidangan untuk makan malam. Aku dan nenek menunggu mu dan P'Off pulang, tapi yang datang hanya P'Off saja. P'Off bilang kau sudah pulang lebih dulu. Namun kau tidak ada pulang ke rumah sejak sore. Aku sudah mengirim mu pesan beberapa kali, aku juga menelpon mu berkali-kali tapi ponsel mu tidak aktif. Kami menunggu mu sampai jam 8 malam tapi P'Gun tak kunjung pulang. Jadi aku mengajak nenek dan P'Off untuk makan lebih dulu. Tapi P'Off menolak. P'Off bilang akan menunggu mu pulang untuk makan bersamanya. Aku sudah berusaha membujuknya agar tidak menunggumu tapi dia tetap bersikeras untuk menunggu dan menyuruh ku serta nenek untuk makan. Aku dan nenek akhirnya makan berdua, sedangkan P'Off pergi ke depan menunggumu. Setelah makan aku dan nenek pergi ke kamar, saat itu P'Off masih di depan menunggumu. Lalu ketika aku turun sekitar jam setengah sebelas aku melihatnya melamun di meja makan. Aku kembali menyuruhnya untuk makan dan dia tetap tidak mau. Dia masih menunggumu. Kau lihat sendiri sekarang P'Off masih menunggumu sampai dia ketiduran dengan perut lapar."
Hati Gun terasa seperti tersayat mendengar cerita Pim. Gun menatap nanar Off yang tertidur disana. Gun tidak mengerti kenapa Off sampai seperti itu hanya untuk makan malam dengannya. Seandainya Gun tahu, Gun akan menunda kejutannya untuk Jane. Jika Gun tahu ia tidak akan membiarkan Off menunggunya sampai seperti ini. Seberapa pun sakit hatinya Gun terhadap Off, Gun tidak tega melihat Off sampai tidak makan hanya karena dirinya.
"P'Gun bangunkan P'Off. Hangatkan makanan itu untuknya, ajak dia makan. P'Off sudah terlalu lama menunggu mu hanya untuk makan malam."
Setelah berkata seperti itu Pim meninggalkan Gun disana untuk pergi ke kamarnya. Membiarkan Gun menyelesaikan semuanya sendiri. Sedangkan Gun mulai melangkah perlahan mendekati meja makan. Menatap wajah Off yang terlihat damai dalam tidurnya meski dalam posisi yang tidak nyaman. Melihat itu seketika Gun dibanjiri rasa bersalah. Gun tidak bermaksud membuat Off seperti ini. Tapi semua terjadi tanpa Gun tahu.
Beberapa saat Gun memandangi wajah itu, kemudian bergerak mengambil makanan di atas meja untuk Gun hangatkan. Gun duduk di depan Off, menarik kursi sepelan mungkin agar Off tidak terbangun. Gun belum ingin membangunkannya. Gun ingin memandangi Off sepuasnya dengan jarak sedekat ini. Sudah sangat lama Gun tidak berada sedekat ini dengan Off kecuali saat di lokasi syuting. Semua yang terjadi hari ini terasa seperti dejavu. Gun pernah mengalami hal ini, tapi dengan akhir yang berbeda. Yang terjadi sekarang terasa seperti Gun sedang bertukar peran dengan Off yang menunggu hingga larut. Bedanya, jika Gun dulu pulang dengan kecewa tanpa ada yang datang seorang pun, sedangkan sekarang Off masih beruntung Gun datang dan menghangatkan makanan untuknya.
Gun tersenyum miris mengingat malam itu, ia seperti orang bodoh menunggu Off di restoran sampai diusir pelayan disana karena mereka akan tutup. Dan sekarang hal itu terjadi lagi, namun bukan Gun yang menunggu.