[30]

2.4K 221 60
                                    

"Oii, P'Off."

Chimon, orang pertama yang menyadari keberadaan Off di lokasi syuting The Gifted Graduation. Off berdiri di depan pintu ruang istirahat dengan kepalanya melihat ke semua arah, saat Chimon melihatnya.

"Kau mencari P'Gun lagi?"

"Ya, tentu saja. Apa kau melihatnya?" tanya Off saat Chimon sudah berada di hadapannya.

"P'Gun tadi sedang syuting di lantai dua, dekat tangga P'. Sepertinya dia masih disana."

"Ahh, baiklah." ucap Off.

Chimon masih menatap Off yang mulai menaiki tangga ke lantai dua. Ia heran. Tidak, bukan hanya dirinya, tapi semua orang di lokasi heran dengan tingkah Off dan Gun saat ini. Sudah beberapa minggu ini Off selalu datang ke lokasi syuting The Gifted Graduation untuk menemui Gun, membawakannya makanan, serta menunggu Gun sampai selesai syuting bagian adegannya. Tidak hanya itu Off juga mengikuti kemana pun Gun pergi, bahkan tidak pernah membiarkan Gun terlihat sendirian, menawarinya banyak hal, mengatakan banyak hal yang hanya Gun tanggapi seadanya.

Situasi saat ini mengingatkan orang-orang pada OffGun dulu. Saat dimana Gun selalu mengikuti kemana pun Off pergi, selalu berbicara apapun agar mendapat perhatian Off. Tapi saat ini posisi mereka seperti sedang tertukar. Melihat Off yang seperti ini, membuat mereka merasa asing.

Chimon masih berdiri disana belum beranjak dari tempatnya, tapi Off sudah kembali berjalan ke arahnya dengan wajah kecewa dan muram, membuat Sing mengernyit kan dahinya. Kemana perginya wajah senang Off saat tadi Sing beritahu keberadaan Gun dilantai dua? Kenapa malah jadi seperti ini?

"P'Off, ada apa? Apa kau tidak menemukan P'Gun di atas? Tapi tadi dia masih ada di sana bersama Nanon, Sing, dan Jane. Apa kau mau aku mencari P'Gun? Aku bisa menanyakannya pa-"

"Tidak perlu. Gun sedang sibuk. Aku akan menunggunya disini saja." ucap Off memotong kalimat panjang Chimon seraya berjalan melewatinya masuk ke ruang istirahat dan duduk di sofa di ujung ruangan itu. Meninggalkan Chimon yang berdiri kebingungan melihat tingkah Off saat ini.

***

Kini Chimon mengerti apa yang membuat wajah Off kembali dengan raut muram. Saat ini, disini dilantai dua, Chimon melihat Gun yang sedang memeluk Jane dari belakang seperti biasanya. Ya, Chimon sudah terbiasa melihatnya, para staff produksi dan pemain lain di lokasi juga sudah terbiasa dengan ini. Tapi tidak dengan Off.

Tadi saat Chimon melihat wajah muram Off kembali dan memilih untuk menunggu Gun saja, membuat Chimon tidak tega. Chimon tidak pernah melihat Off seperti itu, oleh karena itu Chimon berinisiatif mencari keberadaan Gun dan memberitaunya bahwa Off sedang menunggunya. Dan inilah yang Chimon temukan.

"Oii P'Gun! Ternyata kau disini. Aku mencarimu sejak tadi."

Gun dan Jane menolehkan kepalanya mendengar suara Chimon mendekat.

"Ada apa Chimon? Kenapa kau mencariku?" tanya Gun, tanpa melepaskan pelukannya pada Jane. Chimon dapat melihat Jane yang tidak nyaman dengan posisinya sekarang karena kedatangan dirinya, tapi Gun terlihat masih ingin mempertahankan posisi mereka.

"Ayo ke bawah P', semua sudah berkumpul untuk makan di bawah. Tinggal kalian berdua saja yang kurang." ucap Chimon sedikit berbohong. Tidak mungkin dirinya memberi tahu Gun bahwa Off sudah menunggu mnya sejak tadi.

"Baiklah. Kau duluan saja. Aku dan Jane akan segera menyusul."

"Baklah P', aku duluan."

Setidaknya Chimon sudah berusaha membantu Off sedikit.

***

Di sana. Pada sofa di ujung ruangan. Off duduk terfokus pada ponselnya. Gun mengerjapkan matanya sesekali. Mungkin dia salah lihat. Tapi tidak. Off masih duduk di sana dan kini sedang mengangkat wajahnya yang tadi terfokus pada ponsel, menatap ke arah pintu tempat Gun berdiri terdiam. Dapat Gun lihat senyum Off mulai mengembang ketika mata mereka bertemu. Off mulai bangkit dari duduknya, mendekat ke arahnya. Sedangkan Gun masih terdiam di sana dengan debaran jantungnya mengiringi setiap langkah Off yang semakin mendekat.

"Gun," tanpa Gun sadari kini Off sudah berdiri dihadapannya dengan senyumnya yang semakin merekah, "ayo kita makan. Aku membawakan makanan untukmu. Kau pasti belum makan, kan?" Gun belum sempat menjawab tapi Off langsung menarik tangannya, menuntunnya duduk di sofa tadi.

Gun saat ini sudah seperti orang linglung. Tidak tau harus melakukan apa. Hatinya senang bukan main diperlakuan seperti ini oleh Off, namun logikanya masih mempertahankan egonya. Logikanya masih menyimpan perih yang dulu ia rasakan, sedangkan hatinya sudah mulai berdamai menerima perlakuan Off yang berubah seperti ini.

Gun memperhatikan setiap gerakan Off yang masih berdiri disampingnya seraya membuka bungkus makanan yang dibawanya.
"Kenapa baru sekarang kau bersikap seperti ini Papii? Kenapa tidak sejak dulu saat aku belum terluka? Andai kau bersikap seperti ini sejak dulu, aku pasti menerimanya dengan senang hati. Tidak seperti sekarang. Aku takut terluka untuk kedua kalinya karena terlalu berharap akan tindakan mu, aku takut mengahadapi kebenaran nantinya jika semua tindakan mu ini hanya semu belaka seperti sebelumnya. Semua ketakutanku, membuatku tidak bisa menerima perlakuanmu tanpa berpikiran buruk."

"Gun."

"Gun."

"Y-ya, Pap- hmmm."

Gun gelagapan ketika Off tiba-tiba menyuapkan satu sendok penuh nasi ayam ke mulutnya saat akan menjawab Off yang memanggil dirinya. Gun berusaha menguyah habis nasi di mulutnya, sementara Off tersenyum geli melihat dirinya kesusahan menelannya. Saat Gun berhasil menelan sepenuhnya nasi di mulutnya, ia sudah siap mengeluarkan protes pada Off. Namun seketika bungkam saat Off tanpa diduga menyentuh ujung bibir Gun, mengusapnya pelan disana. Seketika jantung Gun kembali berdetak tidak normal. Rasa panas terasa menjalari pipi hingga telinganya.

"Kau makan seperti anak kecil." ucap Off dengan terkekeh pelan, seraya tangannya sudah kembali sibuk dengan sendoknya.

Mendengar ucapan Off membuat Gin tersadar dari keterdiamannya.
"Memangnya siapa yang dengan teganya menyuapiku satu sendok penuh?" protes Gun dengan wajah merengut pada Off meskipun jantungnya masih berdetak tidak normal.

"Kalau tidak aku suapi kau tidak akan makan."

"Siapa bilang tidak mau makan? Aku bisa ma-" lagi-lagi Off menyuapkan makanan pada Gun dia berbicara.

"PAPIIII!"

Off mematung. Tanganya yang sedang memegang sendok berhenti seketika.

Teriakan itu. Kata itu. Sudah sangat lama sekali Off tidak mendengarnya. Hatinya seperti sedang melambung sangat tinggi saat mendengar teriakan Gun itu. Perlahan-lahan senyum terbit di bibir Off, semakin lama semakin lebar seraya menatap Gun, yang sepertinya sepertinya baru menyadari kata apa yang tadi ia teriakan. Warna merah mulai merambati wajah Gun hingga mencapai telinganya, lebih terlihat dari yang tadi.

"A-ahh. I-itu. M-maksudku P-"

"Tidak. Tidak. Jangan panggil aku dengan P'Off lagi. Panggil aku dengan kata itu lagi seperti dulu. Panggil aku dengan Papii." Off memotong kalimat Gun yang gugup.

"Mulai sekarang kau harus memanggilku dengan Papii, sama seperti dulu, oke?" ucap Off dengan senyumnya yang sangat lebar.

Debaran jantung Gun semaki tidak normal. Ia seperti sedang berlari ratusan kilometer tanpa henti. Wajahnya saat ini sudah sangat panas. Pasti warna merah sudah memenuhi wajahnya saat ini. Gun sangat malu dan salah tingkah. Tapi Gun tidak memalingkan wajahnya dari senyuman Off saat ini.

****

Hii!
Masih ada yg nungguin cerita ini update?

Ketika Rasa Itu Telah Berubah || OFFGUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang