Chapter 30

48 3 2
                                    

Selamat membaca semuaaaa!❤️

Terimakasih buat yang masih mau nungguin dan baca cerita ini🖤🙏

30. Pesta & Luka

******







Langit sudah gelap, tetapi laki-laki berseragam putih abu-abu itu baru saja sampai dirumahnya. Penampilan yang berantakan juga dengan luka di punggung jari-jari tangannya. Meletakkan tas hitam di salah satu bahunya, laki-laki itu mulai memasuki rumahnya.

"Ari pulang Ma..." serunya. Jika biasanya ia mengucapkan tiga kata itu dengan lantang, maka berbeda dengan hari ini. Nada bicaranya terdengar pelan dan lesu.

Mendengar seruan yang sangat dihapalnya, keluarlah seorang wanita cantik berumur 40 tahunan. Renata, sang Mama dari Ari langsung menghampiri anak semata wayangnya dengan perasaan khawatir.

"Kamu darimana aja sih Ri? Kenapa jam segini baru sampai rumah?" Renata bertanya dengan raut wajah paniknya. Pasalnya, anak lelakinya itu baru sampai rumah jam 9 malam. Apa tidak khawatir dia sebagai seorang ibu?

Ari malah tersenyum tipis, lelaki itu mengambil tangan Mamanya untuk mencium punggung tangannya terlebih dahulu.

Renata sontak membulatkan matanya saat melihat keanehan dari punggung tangan sang anak. Hatinya seketika mencelos melihat luka itu masih memerah seakan belum sama sekali diobati.

"ASTAGA ARI! Tangan kamu kenapa?!" Pekik Renata. Bagaimana tidak semakin pecah saja kepalanya? Anaknya baru pulang jam 9 malam, ditambah ada luka juga ditangannya.

Ari sontak terkejut. Ia menarik tangannya yang dipegang oleh sang Mama untuk disembunyikan dibalik punggungnya.

"Gapapa Ma. Luka kecil doang." Jawabnya enteng.

"Luka kecil apanya Ari?!" Renata geram, wanita itu langsung saja menarik tangan anaknya yang sedang di sembunyikan itu. Menggiring Ari untuk duduk di sofa ruang tamunya.

"Tunggu sini. Mama ambilin kotak P3K dulu." Perintah Renata tegas. Ari hanya mengangguk lemas. Sebenarnya tangannya  sungguh nyeri. Tapi sedari tadi Ari mengabaika rasa sakit itu.

Hanya sebentar, Renata sudah kembali ke hadapan Ari dengan kotak P3K ditangannya. Menarik perlahan pergelangan tangan anaknya.

"Kamu itu, bisa enggak sih gak buat Mama khawatir? Pulang malam, berantem, balap-balapan. Apa kamu udah gak sayang Mama?" Ujar Renata dengan suara bergetar. Tangan wanita itu terus aktif mengobati punggung tangan Ari.

Ari sontak melotot. Menggeleng keras seolah menolak segala penuturan Mamanya tadi. "Mama ngomong apaan sih? Ari jelas sayang banget lah sama Mama. Cuma Mama yang Ari punya. Jadi, gimana bisa Ari gak sayang sama Mama?" Jawab Ari.

"Kalo kamu sayang sama Mama, kamu gak bakal gini. Gak bakal sering nyakitin diri sendiri gini, Ari. Kamu gak tau, hati Mama sakit banget kalo liat kamu luka-luka gini. Mama ngerasa gagal untuk jadi Mama yang baik buat kamu."

Hati Ari seketika berdenyut nyeri. Tidak ada lagi hal yang lebih menyakitkan dari melihat wajah sedih dan kecewa Mamanya.

"Maafin Ari, Ma..." Lirih Ari. Mata lelaki itu sudah terasa panas. Siap menumpahkan cairannya.

Diluar, Ari memang anak yang keras. Tahan banting dalam keadaan apapun. Tapi, jika sudah berhadapan dengan sang Mama, Ari akan menjadi anak yang sangat lembut. Perasa dan mudah sekali menangis.

Setelah selesai mengobati luka sang putra, Renata langsung menghapus air mata yang tadi sudah membasahi pipinya. Ia tersenyum tipis melihat Ari diam dengan kepala tertunduk. Persis sekali dengan Ari kecil yang takut karena dimarahi.

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang