Apa ada yang nungguin cerita ini?😥
Selamat membaca kaliaann❤❤
Luv❤❤******
Rizal menenggak kopi hitamnya sembari tersenyum kecil. Disampingnya, Ari sedang terduduk santai. Kedua lelaki berbeda usia itu terlihat sangat akrab. Rizal begitu mengangumi sikap Ari dan cara pemikiran lelaki itu. Sungguh sangat berbeda dengan lelaki seumurannya pada umumnya.
Jika kalian mengira Rizal akan lebih menyetujui Anneth untuk bersama Ari daripada lelaki lainnya, maka kalian salah. Rizal memang mengagumi sifat dan karakter Ari, tapi tidak untuk menjodohkannya dengan putri bungsunya. Segala permasalahan hati sang putri, ia serahkan langsung dengan Anneth. Rizal hanya tinggal menilai. Jika lelaki itu baik, maka dengan senang hati Rizal akan menyetujuinya.
"Kamu benar-benar mengingatkan saya sama masa muda saya, Ari.." Kekeh Rizal. Setelah mengobrol kesana-kemari Rizal baru menyadari satu hal. Sikap dan kelakuan Ari ini persis dengannya waktu muda dulu.
Ari tersenyum kikuk, "Ah om jangan berlebihan gini... saya ini nakal. Pasti beda jauh sama maa muda om yang baik-baik aja." Jawab Ari. Ia memang merasakan hal itu dalam dirinya. Segala permasalahan rumit dalam hidupnya menjadikannya pribadi seperti sekarang.
"Saya rasa, saya lebih parah dari kamu, Ari." Ujar Rizal. "Saya bahkan gak bisa ngebayangin kalo anak laki-laki saya menuruni sifat saya dulu. Tapi syukur. Rizky jadi anak yang sangat baik. Jauh dari ketakutan saya."
Ari tersenyum. Rizal adalah sosok ayah yang sangat diimpikan olehnya. Ayah yang santai, tenang, tapi tetap memiliki wibawa yang kuat. Rizal adalah sosok yang menginspirasinya
"Om benar-benar sosok Ayah hebat. Anneth dan kak Rizky pasti sangat bangga memiliki Ayah seperti om," Tutur Ari pahit. Pembahasan mengenai sosok Ayah tentunya mengandung luka tersendiri untuknya.
Rizal tertawa lalu menepuk punggung Ari, "Ayah kamu pasti juga bangga punya anak seperti kamu, Ari." Jawab Rizal. Sontak membuat wajah Ari berubah seketika. Pandangannya kosong dan tangannya mengepal.
"Bahkan saya sangat membenci ayah saya sendiri, om." Batin Ari pedih.
"Anneth!" Panggilan Rizal pada anak bungsunya itu menyadarkan Ari dari lamunannya. Lelaki itu mengarahkan pandangannya pada gadis cantik yang selalu bisa memperbaiki keadaan hatinya.
Tapi seketika senyum tipis yang sudah ia ukir untuk menyambut kedatangan Anneth, luntur begitu saja. Disana, matanya menangkap kedatangan Anneth dengan kehadiran seorang lelaki dibelakangnya.
Bukan, bukan hanya tentang kehadiran lelaki didekatnya. Tapi tentang bagaimana perihnya hati Ari melihat tangan mereka saling bertautan.
Seketika kedua tangannya terkepal. Ari tidak kuat melihat pemandangan didepannya ini. Bisa-bisa Ari lepas kendali dan menghajar siapapun orang yang ada didekatnya.
"Om, saya mau izin ke toilet. Boleh om kasih tau dimana toiletnya?" Izin Ari sopan.
"Kamu masuk terus nanti didekat tangga kamu tinggal belok kiri. Nah toiletnya ada di paling pojok ya." Jelas Rizal yang langsung diangguki oleh Ari.
"Saya permisi om."
Ari langsung melenggang pergi. Sempat bertemu tatap dengan kedua mata indah Anneth, tapi ia langsung melepaskan pandangan itu. Keadaan hatinya benar-benar tidak baik sekarang. Dan sepertinya Ari butuh sebuah pelampiasan.
❣❣❣❣
Saat ini semua orang yang berada di halaman belakang rumah Anneth tengah menikmati acara barbeque. Ah tak hanya meramaikan dengan bercanda ria, ada Ari dan gengnya yang asik memainkan gitar yang diiringi dengan suara merdu Zay, Zara dan Friden yang sedang memanggang sosis, Wiliam dan Gogo yang mengganggu Zara Friden tanpa berniat membantu mereka, juga yang terakhir, yang sedang mojok berdua sambil membakar jagung. Siapalagi jika bukan Anneth dan Deven.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
RomanceAnneth, perempuan dengan banyak sekali pengagum. Wajahnya yang cantik dan diikuti pula dengan sikapnya yang ramah pada siapapun. Hal itu menyebabkan ia menjadi rebutan bahkan primadona di sekolahnya. Tapi, apa jadinya jika ia bertemu dengan Deven? L...