Chapter 26

743 71 28
                                    

Holaaa im back😊
Apa ada yang nungguin cerita ini?


Malam minggu ini, ada sesuatu yang spesial di part ini😋

Sebelum scroll kebawah buat baca, yuk tekan bintangnya dulu💜

Happy reading💜💜

*****

"Gue bisa obatin luka gue sendiri."

Langkah kaki Deven yang hendak mengambil obat-obatan pun sontak terhenti. Lelaki itu menoleh memberikan senyum tipisnya.

"Trus gunanya gue disini apa hm?" Balas Deven. Membuat Anneth sontak mengatupkan bibirnya. Ah baru beberapa hari menjauh, ini kenapa Deven malah bertambah manis seperti ini?

"Lo bisa balik ke lapangan." Titah Anneth lagi. Walau sebenarnya ucapannya sangat bertentangan dengan kemauan hatinya.

"Kalo gue gak mau?" Tantang Deven.

Anneth menghela nafas, "Terserah lo deh!"

Deven diam-diam mengulum senyum. Dengan hati-hati ia membersihkan luka Anneth terlebih dahulu. Baru memberikannya cairan antiseptic. Barulah setelah itu menutup luka dengan perban kecil juga dengan dua plester sebagai perekatnya.

Tanpa Deven ketahui, kedua mata Anneth senantiasa menatapnya tanpa berkedip. Melihat keseriusan Deven dalam mengobati lukanya tentu saja membuat perasaannya menghangat.

"Udah selesai.."

Anneth sontak mengalihkan pandangannya saat Deven mendongak, "Hm thanks." Ujarnya cuek.

Deven menghela nafas. Mengapa keadaannya menjadi sangat canggung seperti ini. Padahal dulu, gadis dihadapannya ini sangat pandai mencairkan suasana. Ah tak hanya pandai mencairkan suasana, ia juga berhasil mencairkan hati dan sifatnya yang sedingin es.

"Lo bisa keluar kalo emang udah gak ada kepentingan lagi." Ujar Anneth.

Deven menatapnya, lelaki itu sontak menggeleng pelan. "Kita perlu bicara serius Neth."

"Emang pernah ada yang serius diantara kita?" Sinis Anneth. Deven berdecak.

"Neth gak gitu. Lo salah paham..."

Anneth diam saja. Gadis itu malah mengambil handphone yang memang sedari tadi ia letakkan di saku celana olahraganya. Memfokuskan perhatiannya pada ponselnya dan berusaha mengacuhkan Deven.

Grapp

Ponsel yang ada ditangan Anneth seketika berpindah tempat. Deven mengambilnya dengan sorot mata datar.

"Bisa dengerin gue ngomong dulu?" Ucap Deven datar.

"Siapa yang gak dengerin lo ngomong sih? Dua kuping gue terpasang aktif buat dengerin lo!" Balas Anneth sengit. Gadis itu sama sekali tak terpengaruh dengan wajah datar Deven. Menurutnya itu adalah hal biasa.

Deven seketika mengubah raut wajahnya. Dari yang semula datar, kini berganti dengan sorot sendu.

"Gue minta maaf..." Ucap Deven tulus. Sontak membuat Anneth mendongak. Menatap Deven tak menyangka.

"Sorry kalau omongan gue waktu itu nyakitin hati lo. Sorry kalau omongan gue bikin lo sedih. Gue kira dengan lo menjauh gue akan biasa aja ... tapi ternyata? Gue gak bisa sebiasa itu. Lo udah masuk terlalu jauh dalam dunia gue Neth."

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang