Chapter 17

719 79 16
                                    



********

"Ma, Ari pulang.."

Ari melangkah gontai masuk kedalam rumahnya. Dari sini, Ari bisa melihat seorang wanita sedang duduk manis di sofa ruang tamunya.

Lalu dengan secepat kilat, Ari melangkah dan mencium pipi sang Mama. Membuat wanita itu sontak terkejut.

"Ari! Kamu ngagetin Mama." Ujar Renata, sang Mama
Ari tertawa lalu duduk di sebelah Mamanya. "Mama hari ini ngapain aja?"

Renata tersenyum mendapati pertanyaan dari sang anak. Dari dulu, Ari memang sangat perhatian padanya. Ari benar-benar menggantikan peran sang Papa dengan menjaga sang Mama sekuat tenaga.

"Mama masak, terus sama sedikit nyuci baju aja." Jawab Renata. Tangannya terulur mengelus rambut sang anak.

Ari mengangguk paham, "Pokoknya jangan lakuin hal yang bikin Mama kecapean ya? Langsung serahin ke Ari aja. Ari gak mau Mama capek trus sakit."

Renata tertawa kecil. Perhatian dan sikap manis Ari membuatnya menghangat. Putranya yang dikenal nakal dan biang masalah justru terlihat sangat berbeda jika sudah berhadapan dengannya. Ari akan terlihat sangat manis. Hal itu yang mambuat Renata merasa sangat beruntung sudah dianugerahi Putra seperti Ari.

"Itu memang pekerjaan Mama sehari-hari, sayang. Mama gak akan capek." Jawab Renata lembut.

"Iyaa Ari tau. Tapi, kan semuanya Mama kerjain sendiri. Ari cuma khawatir. Lebih baik Ari aja yang kerjain semuanya. Kesehatan Mama itu nomor satu buat Ari." Ujar Ari seraya menatap sang Mama. Sungguh, Ari teramat menyayangi malaikat yang ada dihadapannya ini. Sosok wanita tangguh, berhati bersih, sabar, sangat tulus. Tidak ada lagi hal yang Ari inginkan selain kesehatan sang Mama. Karena melihat Mamanya sakit, sama saja menyakiti tubuh Ari juga.

Renata tersenyum dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia mendekap tubuh tegap Ari yang langsung disambut dengan senang hati oleh Ari.

"Terimakasih sayang. Terimakasih sudah hadir dan menjadi penyemangat buat Mama. Kamu adalah sumber kekuatan Mama. Mama sayang banget sama Ari.." lirih Renata disela pelukannya dengan Ari.

Ari merasa matanya memanas, mulai mengabur dan sepertinya siap menumpahkan cairan. Perkataan Mama nya sangat menyentuh hatinya.

"Ari lebih sayang Mama. Sayang Mama lebih dari apapun." Balas Ari lirih. Lalu sedetik kemudian Ari mengeratkan pelukannya.

"Besok kamu gak boleh kemana-mana ya. Kita jenguk Papa."

Ari terdiam mendengar ucapan sang Mama. Tapi tak lama kepalanya mau tak mau mengangguk. Ia tak ingin mengecewakan hati Mamanya.

"Iya Ma."

💐💐💐💐💐

Di pagi hari yang cerah ini, Anneth sedang bersiap diri di kamarnya. Tadi sekitar satu jam yang lalu, Deven mengirimnya pesan. Memberitahu bahwa Deven akan datang menjemputnya sekitar jam sebelas. Maka dari itu, sekarang Anneth sudah rapi dengan style simplenya.

Mengambil beberapa buku fisikanya, lalu ia masukkan kedalam tas. Tak lupa juga beberapa barang pentingnya. Yap. Anneth tinggal menunggu Deven datang saja.

"Neth,"

Anneth menoleh kearah pintu saat mendengar ketukan beserta panggilan namanya. "Masuk kak!" Teriak Anneth.

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang