Chapter 13

1.1K 105 22
                                    

Mencoba untuk menghilangkan segala kecurigaannya terlebih dahulu, Anneth yang lebih membutuhkan pertolongannya sekarang.

"Bisa bangun?" Tanya Deven dengan lembut.

Anneth menatap Deven dengan mata memelasnya. Kemudian dengan lemah ia menggeleng.

"Gak bisa... badan gue sakit semua rasanya." Jawab Anneth lemas.

Deven mengangguk mengerti. Lalu dengan secepat kilat ia menggendong tubuh Anneth ala bridal style. Anneth yang terkejut akan tindakan Deven yang serba tiba-tiba itu hanya mampu melingkarkan tangannya pada leher Deven. Mengeratkannya karena takut akan terjatuh.

"Dev..." Ucap Anneth seraya memandang Deven dengan wajah gugupnya. Pasalnya, kini posisinya dengan Deven teramat dekat. Ah, apakah Deven bisa mendengar jantungnya yang berdebar kencang?

"Sorry... kalo gak gue gendong, lo gak akan bisa balik. Mau nginep disekolah?" Ujar Deven yang langsung dibalas gelengan oleh Anneth.

"Oh iya Dev, lo dari tadi kemana aja? Gue padahal nunggu lo dikelas." Kata Anneth disela sela langkah Deven yang masih menggendong tubuh Anneth.

Deven terdiam sesaat. Jadi, Anneth menunggunya? Deven kira Anneth sudah melupakan perkataan Deven. Makanya ia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sambil mengisi waktu luang sebelum kelas tambahan diadakan.

"Gue ke perpus. Bukannya tadi gue udah bilang?" Jawab Deven datar. Membuat kening Anneth mengerut. Mengapa Deven jadi bersikap datar lagi padanya?

"Kenapa gak ngajak gue sih? Gue sendirian kaya orang bego dikelas nungguin lo." Ujar Anneth seraya mendengus kesal.

"Kenapa harus nunggu gue? Ucapan gue sepenting itu emang?" Balas Deven dengan tatapan terus kedepan tanpa sedikitpun menatap Anneth.

Anneth sedikit tersentak mendegar ucapan Deven. "Kok lo ngomongnya gitu sih?"

"Emang ada yang salah sama omongan gue?" Tanya Deven balik.

Anneth menatap Deven sendu. "Gue...gue ada salah sama lo? Lo jadi beda.." Tutur Anneth. Matanya berhenti menatap Deven. Sedangkan Deven langsung terdiam.

"Bukannya kita udah sepakat untuk berteman? Kenapa sikap lo jadi ketus lagi gini kayak pertama kita ketemu?" Sambung Anneth.

Anneth menghela nafas berat saat mendapati Deven yang tidak menyahuti perkataannya. Membuat Anneth benar-benar diliputi tanda tanya. Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Deven? Apa Anneth mempunyai salah yang tidak ia sadari?

Anneth hanya ingin lebih dekat dengan Deven. Sudah, itu saja. Dekat dalam artian teman pun ia sudah sangat senang. Tapi mengapa Deven seolah menutup dirinya kembali? Bukankah kemarin dan tadi pun mereka masih dekat?

"Bu Indah!" Lamunan Anneth terhenti saat mendengar suara Deven memanggil nama guru mereka. Anneth melirik sekilas, kini mereka berdua sudah berada didepan kantor guru.

"Deven? Loh ini Anneth kenapa kamu gendong gini?" Tanya bu Indah dengan raut khawatirnya.

"Anneth jatuh trus dia keseleo, bu. Jadi saya mau izin buat ganti hari kelas tambahannya bisa gak bu? Saya harus anter Anneth pulang. Dan saya juga gak bisa kan ngikutin kelas tambahan itu sendiri?" Jelas Deven yang mampu membuat dua orang perempuan disana menatap heran.

Deven ngomong berapa kata tadi? Panjang bener...

"Deven ini beneran kamu?" Tanya bu Indah yang membuat Deven mengerutkan keningnya. "Yaiyalah ini saya." Jawab Deven sedikit sewot.

"Kok tumben ngomongnya panjang lebar? Biasanya paling banyak tiga kata." Ujar bu Indah yang membuat Anneth sontak menahan tawanya. Jadi, ia dan bu Indah memikirkan hal yang sama?

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang