Chapter 3

1.4K 93 13
                                    

"Devenn, tunggu woii!!" Teriak Anneth kencang. Hal ini membuat Deven langsung menoleh dengan tatapan sinis.

"Kenapa lagi?" Deven menoleh dengan malas. Ini masih pagi. Dia belum mempunyai mood untuk bertengkar.

"Buku lo ada di tas gue. Udah gue benerin juga. Gue lem dengan baik. Mau gue ambilin sekarang?" Tanya Anneth hati hati.

Deven menoleh tertarik. Ia sebenarnya sudah deg-degan takut novel kesayangannya itu benar-benar di buang oleh gadis ini. Tapi ternyata tidak. Gadis ini punya pemikiran yang bagus juga.

"Bukannya udah gue suruh buang? Kenapa masih lo simpen?" Deven mengalihkan pandangannya sambil berdehem kecil. Sengaja semakin ingin mengerjai gadis ini.

"Wiliam bilang itu buku kesayangan lo. Jadinya ya gue usaha dulu buat benerin. Seriusan nih lo mau gue buang bukunya? 

Deven mengumpat dalam hati. Sialan Wiliam. Kenapa malah membocorkan hal itu. Sudah terlanjur ia puji gadis ini, eh ternyata dia malah tahu dari sahabatnya bukan murni dari dirinya sendiri.

"Terserah lo. Mau lo buang atau lo jual juga suka suka lo." Kata Deven seraya melangkah pergi meninggalkan Anneth. Meninggalkan Anneth yang lagi lagi diliputi kekesalan.

"Gila ya tuh cowok. Apa salahnya sih tinggal terima aja bukunya. Ini ngapain pake perpanjang masalah begini?!"

"Yang bener aja gue harus kerja sama soal olimpiade sama orang kayak dia? Bisa mati berdiri yang ada!"

Dengan langkah penuh kekesalan, Anneth pergi menuju kelasnya. Juga Deven yang lagi-lagi melangkah penuh penyesalan. Semoga bukunya tidak benar-benar dibuang.

*****

"Whaattt?!! Jadi lo sama Deven bakal ikut olimpiade fisika?" Zara berteriak kaget. Ini pertanda apa? Kenapa sahabatnya ini jadi berurusan lagi dan lagi dengan Deven?

Anneth mengangguk lemas, "huhuuu Zaraaaa gue gak mauuu.."

"Cup cup cup.... Tapi ya mau gimana lagi Neth.. lo kan udah setuju juga. Lagipula ya bukannya ini tuh salah satu wish list lo ya? "

"Iya sih... Tapi apa gue bakalan kuat kalo harus bareng bareng sama Deven terus? Tadi aja dia gak mau terima bukunya. Stress tau gak sih baru dua hari berurusan sama dia aja udah begini." Kata Anneth memelas. Jelas sekali dari wajahnya jika gadis itu benar benar kesal.

"Coba aja dulu Neth... Mungkin karena lo gak kenal atau sempat bikin dia kesel juga makanya dia kayak gitu. Di liat-liat dia tuh sahabatan lama sama Wiliam Gogo. Gak mungkin orang kayak gitu bisa punya sahabat kalo emang bener bener sifatnya sejelek itu. Pasti dia aslinya baik. Ketutup aja sama sifat ketusnya." Jelas Zara panjang lebar berusaha menenangkan. Bukan apa-apa, tapi Zara tahu. Ikut olimpiade ini adalah salah satu keinginan Anneth dari jauh-jauh hari. Jadi ia sangat menyayangkan jika Anneth harus membuang kesempatan emas ini hanya karena lelaki.

"Zara lo itu sahabat gue atau sahabat tuh orang sih?"

Zara tertawa, "Gue cuma gak mau lo nyesel nantinya "

"Yaudah pokoknya semuanya gue serahin sama lo. Gimana pun keputusan lo gue bakal dukung terus. Tapi inget? Kalo nanti nangis-nangis karena nyesel udah nolak olimpiade nya gue gak mau dengerin." Lanjut Zara enteng. Membuat Anneth sontak melotot.

"Ihhh Zara jahat banget lo sumpah!" Zara kembali tertawa sambil merangkul bahu Anneth yang sedang cemberut.

"HALOO GUYSS APA KABAR KALIANN!!" Seorang laki laki dengan semangat 45 langsung bergabung diantara Anneth dan Zara.

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang