Chapter 31

30 4 0
                                    

Part ini khusus menceritakan permasalahan keluarga Ari dan Deven yaa guys...



31. The problem of Bagaskara and Mahendra Family

SELAMAT MEMBACA❤️🖤






*******


"Loh Ri? Tumben kesini gak ngomong dulu?"

Hans terkejut begitu membuka pintu rumahnya. Pasalnya, sahabatnya itu selalu memberi tahunya dulu setiap ingin berkunjung ke rumahnya.

Ari tak menjawab. Lelaki itu malah langsung nyelonong masuk kedalam rumah Hans. Rumah yang juga sudah ia anggap rumahnya sendiri saking dekatnya ia dengan Hans.

"Mau minum apa?" Hans bertanya saat Ari duduk di sofa ruang tamunya.

"Apa aja. Air putih juga gapapa."

Hans mengangguk lalu berjalan menuju pantry yang berada berhadapan dengan ruang tamunya.

"Nyokap bokap lo kemana?

Hans menoleh, "Biasaa. Bokap ke kantor tadi bentar. Kalo nyokap, lagi nemenin Velia shopping." Jawab Hans.

"Loh Velia? Adek lo yang tinggal bareng nenek kakek lo di London?" Tanya Ari kaget.

Ya, Hans memang memiliki seorang adik perempuan. Usia mereka terpaut 3 tahun. Makanya Ari jelas terkejut. Lelaki itu sepertinya terakhir bertemu adik Hans ini waktu dia masih SD.

"Iya. Katanya sih mau lanjut SMA disini. Sebenernya emang udah bujukan nyokap dari lama sih. Baru di iyain sekarang."

Ari mengangguk mengerti. "Iya bagus lah. Biar lengkap juga kan keluarga lo."

Hans mengangguk setuju. Kemudian menghampiri Ari dengan dua gelas jus jeruk ditangannya. Lalu duduk tepat di sebelahnya.

"Ada yang mau lo omongin sama gue, Ri?"

Hans tentu bisa menangkap maksud dan juga makna dari kedatangan Ari hari ini. Sahabatnya ini jarang sekali dengan suka rela main ke rumahnya. Biasanya saja, ia yang harus susah payah memaksa lelaki itu. Ya paling sering ia yang main kerumah Ari.

"Nyokap gue pergi jenguk bokap." Ari terlihat menggantungkan ucapannya. Lelaki itu memejamkan matanya sambil menghembuskan nafas. Jelas sekali seperti sedang menahan sesuatu.

"Jenguk? Bokap lo sakit?"

Ari tertawa miris sambil menggeleng, "Jenguk ke penjara, Hans."

Hans terkejut jelas. Lelaki itu sampai menoleh dan menatap Ari dengan tatapan kaget. Sontak lelaki itu sedikit mendekatkan tubuhnya dengan Ari. Ingin mendengar lebih jelas.

"Kaget kan lo pasti?"

Hans sontak mengangguk. Iya. Jelas ia kaget setengah mati. Selama ini, ia tidak pernah melihat ayah dari sahabatnya ini pun ia tidak pernah berfikir macam-macam. Apalagi, saat pernah sekali ia bertanya, Ari tidak menjawabnya. Tapi Hans bisa menangkap perubahan raut wajah Ari. Maka dari situlah ia tidak mau bertanya lagi. Saat itu, yang ada di otaknya ya hanya satu prasangka. Yaitu kedua orang tua Ari bercerai. Ia tidak pernah berfikir ternyata kenyataannya itu seperti ini.

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang