Chapter 11

1.1K 88 30
                                    

BRAAKKK

Anneth dan Deven terlonjak. Seseorang datang dengan berapi api lalu menggebrak meja mereka.

"Bagus ya kalian! Ngapain malah pacaran di kantin? Gak lihat ini udah jam berapa? Gak dengar bel masuk udah bunyi dari sepuluh menit yang lalu?"

Dia adalah Bu Vera. Guru piket yang paling ditakuti murid satu sekolah jika sedang bertugas. Bu Vera akan berpatroli ke seluruh penjuru sekolah jika bel telah berbunyi untuk menangkap basah murid murid yang membolos.

Dan saat ini kesialan tengah menimpa Anneth dan Deven. Di hadapannya kini, Bu Vera sudah seperti ingin menelan mereka hidup hidup.

"Kalian kan murid teladan! Kenapa bolos ke kantin? Dan Deven, kamu hujan hujanan? Masa kecil kamu kurang bahagia?" Oceh Bu Vera lagi. Anneth dan Deven hanya memandang malas.

"Saya sama Anneth kehujanan. Disini, buat ngangetin badan biar gak masuk angin." Sahut Deven dengan nada datarnya.

"Dan baju saya, basah karna nerobos hujan." Sambung Deven. Raut wajah Deven tetap datar datar saja. Beda dengan Anneth yang memang terlihat ketakutan.

"Maafin kita ya, Bu. Kita gak niat bolos kok. Kalo kita emang mau bolos, kita seharusnya pergi ke kantin pojok sana kan Bu biar gak ketahuan? Kita bener bener cuma niat beli teh anget ini aja Bu." Jelas Anneth. Bu Vera hanya mendengarkan. Tapi tetap dengan tatapan mengintimidasi.

"Dan satu lagi. Masa kecil saya sangat bahagia. Ibu kalo gak percaya bisa tanya sendiri sama bunda saya." Kata Deven dengan santainya. Anneth yang mendengar itu langsung melotot.

"Yasudah yasudah! Kalian boleh kembali ke kelas. Tapi ingat, jangan diulangi lagi! Bel berbunyi, harus langsung masuk ke dalam kelas masing masing. Mengerti?!" Titah bu Vera tegas. Anneth dan Deven kompak mengangguk.

Setelah bu Vera pergi, Anneth dan Deven pun kompak berdiri. Jika Anneth hendak ke kelasnya, sedangkan Deven harus mengganti seragamnya terlebih dahulu.

"Dev, thanks ya sekali lagi." Kata Anneth dengan senyumannya.

Deven mengangguk, "Iya sama-sama."

"Yaudah gue balik ke kelas yaa. Tuh seragam jangan lupa diganti." Anneth beranjak dari meja mereka kemudian menepuk pundak Deven pelan. "Duluan Dev." Ucapnya sambil melangkah pergi.

Deven hanya tersenyum tipis memandangi punggung gadis yang kini banyak hadir dalam hari harinya. Lalu ia mengambil ponselnya, mengetik sesuatu, dan kembali meletakkan benda itu ke dalam sakunya. Dengan senyum tipis yang masih menghiasi wajahnya, Deven pergi meninggalkan kantin.

Ting!

Anneth yang tengah berjalan menuju kelasnya pun berhenti mendengar suara notifikasi ponselnya. Lalu dengan menoleh ke segala penjuru dan memastikan keadaan sepi, Anneth mengambil ponsel dari dalam sakunya. Membuka dan membaca satu pesan yang masuk.

From: Deven❄

Istirahat kantin bareng.

Anneth tersenyum lebar membaca pesan itu. Walaupun memang terkesan sangat singkat dan datar, tapi jika Deven yang mengirimnya, akan terasa berbeda untuk Anneth. Justru karena sikapnya yang seperti itulah yang membuat Anneth merasakan perbedaan pada sosok Deven.

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang