"Ada urusan apa sama gue?"
Setelah beberapa detik hening, Deven memulai percakapan. Anneth yang tadi sangat amat bersemangat kini malah ciut seketika. Berada di tempat sepi dan intonasi suara Deven yang berat benar-benar mencekam.
"Mau balikin buku lo lah! Lo fikir gue mau ngapain lagi?" Anneth membalas nyolot.
"Gue udah nyuruh lo buat buang!"
Anneth terkekeh sinis, gadis itu membuka ranselnya lalu mengeluarkan buku milik Deven.
"Buang nih pake tangan lo sendiri." Kata Anneth seraya menjulurkan buku yang ada ditangannya kepada Deven.
Deven diam. Sepertinya cewek ini ingin membalasnya.
"Gue gak mau ya disalahin nantinya. Yang penting udah gue balikin. Bodo amat mau lo terima apa enggak." Jelas Anneth sambil meletakkan buku itu pada tangan Deven.
"Bukunya udah gue lem sebisa gue. Ya walaupun pasti keliatan bekas sobekannya, tapi masih bisa kebaca kok. Sekali lagi gue minta maaf udah rusakin buku lo. Gue tau itu buku kesayangan lo. Makanya gue ngerasa bersalah. Sorry juga soal insiden kantin." Sambungnya. Ia jadi melunak. Memang dari awal kan ini salahnya. Jadi dia tidak boleh emosi.
Deven terdiam di tempat. Sedikit terharu juga oleh permintaan maaf cewek itu. Mengapa terdengar sangat tulus?
"Hm gue juga minta maaf. Thanks udah berusaha benerin." Ucap Deven lembut. Membuat Anneth sontak menoleh kaget. Sumpah! Rasanya seluruh tubuh Anneth jadi lemas tidak jelas. Suara berat dan intonasi lembut Deven benar-benar berbahaya!
Sumpah demi apapun. Baru pertama kali Anneth merasa deg-degan hanya karena suara laki-laki. Pantas saja Deven selalu diam bahkan sekali berbicara terkesan jutek. Karena sekalinya bicara lembut bisa meruntuhkan pertahanan perempuan. Benar benar berbahaya!
"Hehe iya sama-sama."
"Ah iya sebagai permintaan maaf gue, gue bakalan traktir lo deh dikantin. Gimana?" Tawar Anneth.
Deven terkekeh kecil, "Gue masih mampu jajan sendiri."
Membuat Anneth lagi-lagi tercengang ditempat. Pertama kalinya melihat lelaki itu tertawa. Sangat amat berbanding terbalik perbedaannya dengan wajah lelaki itu biasanya.
"Lo bengong terus deh kenapa sih?" Tanya Deven. Membuat Anneth langsung tersadar. Bisa bisanya memikirkan orang yang jelas-jelas berada didepannya.
Anneth menggeleng seraya tersenyum, "Gapapa deh. Sekalian biar kita akrab. Kita mau olim bareng. Gak boleh musuhan."
"Harus gitu?"
Anneth mengangguk, "Kan udah maaf-maafan juga. Masa iya gak mau temenan?" Katanya sambil tersenyum manis.
Deven berdehem kecil. Agak tersentak melihat senyum itu. Kini ia jadi tau mengapa cewek ini dijuluki primadona sekolah. Memang benar-benar cantik.
"Oke."
Anneth tersenyum lagi mendengarnya. Ternyata lelaki ini tidak se-menyebalkan yang ia bayangkan.
"Jadi kita fix temenan yaaa??"
"Ayok salaman dulu..." Kata Anneth sambil mengulurkan tangannya mengajak Deven berjabat tangan.
Deven menoyor pelan kening Anneth seraya terkekeh kecil, "Kayak bocah lo!" Namun tak urung lelaki itu tetap menjabat tangan Anneth.
Anneth tertawa senang. Diikuti juga senyum tipis Deven. Kedua insan itu tak sadar jika sedang hanyut dalam perasaan masing-masing.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
RomanceAnneth, perempuan dengan banyak sekali pengagum. Wajahnya yang cantik dan diikuti pula dengan sikapnya yang ramah pada siapapun. Hal itu menyebabkan ia menjadi rebutan bahkan primadona di sekolahnya. Tapi, apa jadinya jika ia bertemu dengan Deven? L...