*****
Anneth duduk dengan gelisah. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Mengahalau perasaan gugup dan gelisah. Disampingnya, Deven justru tenang-tenang saja. Ia malah terkekeh melihat wajah gugup Anneth. Sungguh, gadis itu sangat menggemaskan.
"Gausah gugup gitu. Menang atau kalah yang penting kita udah berusaha." Ujar Deven bijak. Tangan kanannya menepuk-nepuk kepalan tangan Anneth.
Ya, sekitaran beberapa jam yang lalu, Deven dan Anneth telah melewati beberapa rangkaian seleksi olimpiade. Dari mengerjakan tugas sampai tanya jawab cepat. Dan syukurnya, mereka bisa dengan lancar melewati itu semua. Hampir tidak ada hambatan sama sekali.
"Ya tapi tetep aja gue gugup tau! Takut bikin sekolah kecewa kalau sampai kita gak bisa bawa piala tahun ini. Lo tahu kan, sekolah kita itu langganan menang?" Sahut Anneth gelisah. Sedari tadi fikirannya selalu melayang kemana-mana. Ia hanya takut mengecawakan sekolahnya. Mengecewakan teman-temannya, guru-gurunya, dan semua yang sudah berharap lebih padanya.
Deven malah tersenyum. Anneth sangat berlebihan sekali. Ia terlalu tidak enakan dan over thinking. Gadis disampingnya ini memang hatinya terlalu baik.
"Udah tenang ... kita udah lewatin dengan baik tadi. Gue yakin hasilnya gak akan mengecewakan."
"Selamat siang semua.." seorang perempuan yang merupakan MC itu naik keatas panggung.
"Setelah melewati tahap demi tahap dan tentunya penjumlahan nilainya, akhirnya hasil dari olimpiade tahun 2020 sudah ada di tangan saya." MC itu membaca pada kertas yang berada ditangannya, lalu kembali mendekat kearah microphone.
"Untuk bidang fisika, olimpiade tahun ini dimenangkan oleh..."
Anneth dan juga Deven sama-sama menahan nafas. Disebelah mereka bu Indah juga sama gugupnya. Mereka bertiga saling menunduk dan berpegangan tangan satu sama lain. Berharap hasil yang didapat tidak akan mengecewakan.
"SMA ADIJAYA!!"
Sontak kedua mata Anneth membulat tak percaya. Di sampingnya Deven juga sama tak percayanya. Lelaki itu tersenyum penuh rasa bangga atas pencapainnya.
"DEVEENNN KITA MENANGG!!" Pekik Anneth heboh. Gadis itu sontak memeluk tubuh Deven. Mengalungkan kedua lengannya pada leher sang lelaki. Membuat tubuh Deven menegang seketika.
"I--iya Neth, kita menang.." Sahut Deven gugup. Tangannya walau dengan kaku membalas pelukan Anneth. Melingkar erat pada pinggang ramping sang gadis.
Bu Indah yang menjadi saksi disana malah tersenyum. Guru itu tak mau mengganggu momen. Ia memilih pergi untuk mengurus segala hadiah-hadiah yang akan sekolahnya peroleh. Meninggalkan kedua remaja yang malah masih asik berpelukan.
Udah tahu kan kalau bu Indah ini adalah #Dennethteam garis keras?
Anneth terdiam seketika. Menyadari tingkahnya yang mengapa jadi se-agresif ini? Mengapa juga ia bisa tiba-tiba memeluk Deven? Ah, Anneth sungguh malu sekarang.
Kemudian dengan perlahan, Anneth melepaskan pelukan mereka. Menunduk sambil menyelipkan rambutnya kebelakang telinga dengan gugup. Deven juga jadi sama canggungnya. Lelaki itu mengelus tengkuknya. Berdehem untuk mengusir kegugupannya.
"Emm...anu... sorry yaa. Gue...gue refleks saking senengnya. Hehe." Ujar Anneth gugup.
Deven mengangguk kaku, "Iya ... gak apa-apa kok. Santai aja." Jawab Deven.
Anneth mengangguk. Lalu seketika matanya menoleh ke arah sebelahnya. Ia mengernyit heran. Merasa ada yang hilang.
"Eh Dev! Bu Indah bukannya tadi ada disini ya? Kok ilang?" Kata Anneth bingung. Membuat Deven juga ikut melihat ke segala arah. Baru menyadari ternyata guru mereka tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
RomanceAnneth, perempuan dengan banyak sekali pengagum. Wajahnya yang cantik dan diikuti pula dengan sikapnya yang ramah pada siapapun. Hal itu menyebabkan ia menjadi rebutan bahkan primadona di sekolahnya. Tapi, apa jadinya jika ia bertemu dengan Deven? L...