Chapter 29

687 62 19
                                    

Haii im back🤗 ada yg nunggu cerita ini update gak?😋

29. Problem

Jangan lupa tekan bintangnya dulu sebelum lanjut baca yaaa guys!

Happy reading❤

******


Deven melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan perasaan gembira. Senyumnya masih belum luntur sedari mengantar Anneth sampai ke rumahnya. Lelaki itu terlalu bahagia. Setelah adanya kesalahpahaman diantara mereka, akhirnya Deven benar-benar bisa menjadikan gadis itu kekasihnya.


"Abang pulanggg!!" Teriak Deven semangat. Tas gendong hitam yang hanya tersangkut di salah satu bahunya menambah kesan 'keren' pada lelaki itu.

"Gak usah teriak-teriak napa sih Bang?!" Protes Dinda kesal. Anak sulungnya itu mood nya sangat labil. Terkadang bisa sangat ceria seperti hari ini, kadang juga bisa sangat ketus. Sungguh ajaib memang.

"Bun... gak liat apa wajah Abang yang berseri-seri gini? Gak mau tanya ada apa?" Kata Deven setelah mencium punggung tangan sang Bunda. Sebelah alisnya di naik-turunkan memasang wajah tengilnya.

Dinda menatap Deven ngeri. Ini kenapa anaknya yang orang-orang bilang cool itu jadi sangat tengil seperti ini? Apa anaknya tadi keracunan makanan? Atau kepalanya terbentur tembok sehingga sikapnya jadi aneh begini?

"Sehat kamu Bang?"

Deven mengangguk semangat, "Lebih dari kata sehat, Bun!"

"Ihh sana deh. Bunda malah ngeri kamu cengengesan gitu. Kamu kesambet setan mana? Makanya Bang! Jangan suka pipis sembarangan!" Oceh Dinda dengan wajah ngerinya.

Senyuman Deven langsung luntur begitu saja. Ia mencebikkan bibirnya kesal. "Wajah bahagia gini Bunda bilang kayak orang kesurupan?"

"Habisan kamu sih. Kayak orang aneh. Pulang-pulang senyam-senyum. Ceria banget gitu mukanya. Gimana Bunda gak ngeri?" Ujar Dinda menahan tawa. Melihat wajah anaknya yang sudah berubah drastis menjadi kesal itu sungguh membuatnya gemas.

"Orang mah tanya kek. 'Kenapa Abang sayang senyum-senyum gitu?' Ini mah malah di kirain kesambet."

Dinda tertawa. Pecah sudah tawanya mendengar dumelan Deven. Sementara Deven, melihat Bundanya tertawa membuat bibirnya semakin mengerucut sebal.

"Duh... iya-iya... maafin Bunda ya, Bang?" Dinda menghentikan tawanya. Menatap wajah Deven yang sudah tertekuk seperti baju yang belum di setrika. "Jadi, kenapa nihh anak Bunda yang ganteng ini keliatan bahagia banget tadi?" Lanjut Dinda.

Deven melirik sebal, "Telat Bun! Udah bedaa feel mau nyeritainnya juga."

"Dih ambekan kamu. Udah dehh buruan cerita. Ini jadi Bunda yang penasaran loh."

Deven yang semula kesal berangsur-angsur tersenyum kembali. Membayangkan kejadian tadi, sungguh membuat senyumnya tak bisa luntur.

"Hmm Deven...." Deven menggigit bibir bawahnya. Jadi malu sendiri ingin bercerita pada sang Bunda.

"Iya? Abang kenapa?"

"Deven jadian sama Anneth, Bun!"

Dinda menutup mulutnya terkejut. Matanya sontak melotot menatap pada sang anak sulung.

"WHAT?! BENERAN BANG?!!"

Deven terlonjak kecil ditempatnya. Mengusap-ngusap telinganga yang berdenging akibat teriakan sang Bunda.

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang