Sesampainya Anneth dah Deven disebuah Mall, mereka tentu saja langsung melangkah menuju toko buku yang sudah mereka rencanakan.
Baik Anneth dan juga Deven sama sama tak ada yang berbicara. Keadaan hening. Kadang karena langkah kaki Deven yang terlalu panjang, Anneth seperti susah payah untuk mengimbanginya. Alhasil berakhirlah dengan Anneth yang berlari untuk kembali menyamakan langkahnya bersama Deven. Sementara Deven? Ia sama sekali tak perduli. Bahkan menoleh saja tidak.
Sabar, Anneth sabar.
"Pelan pelan kek jalannya! Ngos ngosan nih gue ngejar lo." Protes Anneth dengan nafas yang terengah engah.
Deven melirik sekilas, kemudian kembali menatap kedepan. "Ga ada yg suruh lo kejar gue." Setelah mengatakan kalimat itu, Deven kembali melangkah meninggalkan Anneth.
Lagi lagi Anneth ditinggalkan.
Huft, nasib pergi sama es batu berjalan ya gini. Kalau gak dicuekin ya ditinggalin.
Miris...
****
Kini mereka berdua telah berada disebuah toko buku yang terletak didalam mall tersebut. Anneth dan Deven kompak menyebar kesegala penjuru untuk menemukan buku yang mereka cari.
"Lo cari disana, gue disitu." Perintah Anneth seraya menunjukkan sebuah arah menggunakan jari telunjuknya.
Deven tak menyahuti. Ia hanya menganguk lalu pergi kearah yang telah ditunjuk Anneth.
"Ah bisa darah tinggi gue lama lama! Serasa ngomong sama batu!" Anneth benar benar kesal. Mengapa ia harus dipertemukan dengan orang semacam Deven? Si spesies langka nan hampir punah.
Anneth tak bisa membayangkan bagaimana sabarnya Wiliam dan Gogo yang bersahabat dengan Deven dari kecil. Entah dari apa hati Wiliam dan Gogo terbuat. Sangat tangguh.
Anneth saja yang baru mengenal beberapa hari, sudah ingin melambaikam tangan kekamera. Kalau perlu sekalian mengibarkan bendera putih. Pertanda bahwa Anneth menyerah dan tak kuat dengan spesies macam Deven.
Jika bukan karena olimpiade, mungkin Anneth benar benar akan menjauh sejauh mungkin dari orang bernama Deven.
Eh menjauh? Hm Anneth harus berfikir dua kali sepertinya.
Karna diam diam Anneth itu udah...
Sedikit baper sama Deven. hehe
Eh back to Anneth.
Setelah berpisah dengan Deven, Anneth pun memutuskan untuk bertanya kepada salah satu karyawati di toko tersebut.
Katanya sih biar lebih efisien aja. Kan daripada Anneth buang buang tenaga nyari satu satu di rak, mending tanya. Syukur syukur kalau langsung ketemu.
"Permisi mba," Ucap Anneth pada salah satu karyawati. Karyawati tersebut pun langsung menoleh kearah Annrth.
"Saya mau nanya, buku ini ada gak ya?" Lanjut Anneth seraya menunjukkan sebuah gambar buku yang ada diponselnya
"Ada dek. Itu ada di rak khusus buku fisika. Dia buku paling tebal sendiri. Pasti langsung ketemu." Jawab Karyawati tersebut sambil menunjukkan sebuah arah pada Anneth.
Anneth yang mengerti langsung mengangguk dan tersenyum.
"Makasih ya mba." Setelah berterima kasih ia pun segera melenggang pergi menuju rak buku yang dimaksud oleh karyawati tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
RomanceAnneth, perempuan dengan banyak sekali pengagum. Wajahnya yang cantik dan diikuti pula dengan sikapnya yang ramah pada siapapun. Hal itu menyebabkan ia menjadi rebutan bahkan primadona di sekolahnya. Tapi, apa jadinya jika ia bertemu dengan Deven? L...