Sudah dua jam berlalu Anneth menghabiskan waktunya untuk belajar bersama Deven. Mereka berdua benar-benar fokus pada soal-soal fisika, walau kadang sesekali Devano dan Devina mendatangi mereka untuk mengajak Anneth bermain. Membawa mainan masak-masakan, boneka barbie, juga robot-robotan ke ruang tamu tempat mereka belajar.
Anneth sih senang-senang aja, justru dia malah cekikikan terus. Lain sama Deven yang malah kesel. Katanya konsentrasinya keganggu sama dua tuyul itu.
"BUNDAAAA! VINA SAMA VANONYA NIH GANGGUIN ABANG BELAJAR!!" Teriak Deven saat Devano dan Devina kembali merecokinya. Dua anak kecil menggemaskan itu sangat menguji kesabaran Deven. Devina yang duduk anteng diatas paket fisika Deven sambil bermain barbie dan Devano yang sudah menaiki punggung Deven meminta digendong.
"Huuuu abang tukang ngadu!" Devano menutup mulut Deven dari belakang. Membuat sang abang mendelik kesal.
"Tau ih. Abang kayak cewek. Ngaduan!!" Devina ikut-ikutan.
"Lah kamu kan cewek! Berarti kamu dong yang tukang ngaduan." Protes Deven kesal. Dia baru saja mencubit punggung tangan kecil Devano yang membungkam mulutnya agar bocah itu melepaskan tangannya.
Devina mengangguk polos, "Iya. Kayak Vina yang suka ngadu ke Ayah kalo abang suka curi-curi eskrim Vina."
Deven melotot. Ia menoleh pada Anneth yang sudah tertawa.
"Hahahaha. Ohh jadi abang Deven itu suka eskrim yaa Vin?" Ujar Anneth sambil melirik Deven. Tawanya masih belum berhenti.
"Iyaaa kak. Suka banget malahan. Apalagi yang rasa stroberi. Kalo Bunda beli, pasti langsung diabisin sama abang. Dibawa terus diumpetin di kamarnya. Vina gak kebagian. Terus akhirnya Vina nangis deh ngadu ke Ayah." Jelas Devina rinci sambil terus memainkan boneka barbie-nya.
"Husstt! Bocil diem deh!" Deven berdecak kesal sambil mencubit lengan Devina. Membuat anak itu menjerit.
"BUNDAAA! ABANG TUH CUBIT TANGAN VINAA!!" Adu Devina.
"Huuu cepu lu mbul!" Deven kesal. Ia langsung menghujani Devina dengan kecupan-kecupan diwajahnya.
"HAHAHA ADUHH IHH! IHH ABANG BAUUU!!" Teriak Devina yang sudah tergeletak karena sedang diciumi oleh Deven. Bocah kecil itu bergerak kesana kemari kegelian.
Anneth sebagai penonton tersenyum melihat pemandangan di hadapannya ini. Deven, lelaki yang terkenal dingin di sekolah ternyata sosok lelaki yang sangat hangat jika berada di dalam keluarganya. Bisa dilihat jelas dengan cara Deven bercanda dengan adik-adiknya, atau dengan cara Deven merajuk dan mengadu pada Bundanya. Ahh semua pemandangan itu membuat Anneth gemas.
"Abaanggg ayoo gendong pundak!" Ucap Devano sesaat setelah Deven menyudahi acara menjahili Devina. Ia lalu menoleh kebelakang dan menatap Devano sinis.
"Gamau! Kamu berat!" Tolak Deven.
Devano mengerucutkan bibirnya. Lalu sedetik kemudian berjalan ke arah Anneth. Memeluk pundak Anneth dari belakang membuat Anneth terkejut.
"Yaudah sama kakak cantik aja. Ayo kak gendong Vano!!"
"Eh." Anneth tersentak. Menoleh pada Deven dan lelaki itu meringis.
"Eh eh kak Anneth mana bisa! Dia itu cewek. Gaboleh gendong Vano yang berat." Deven menarik bocah itu untuk mendekat kearahnya. "Yaudah ayo sini sama abang." Ujarnya.
"Yeaaayyy!!" Pekik Devano girang. Ia langsung menaiki pundak Deven dan duduk manis disana.
"Ayo banggg muter-muter rumah yaaa bang!" Ujar Devano semangat.
"Ih enak aja! Capek lah abang!"
Anneth kembali tertawa. Melirik kearah Devina yang ternyata sudah kembali sibuk sendiri dengan mainannya. Dia pun memutuskan untuk mengambil ponselnya. Mengecek apakah ada pesan yang masuk atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You
RomanceAnneth, perempuan dengan banyak sekali pengagum. Wajahnya yang cantik dan diikuti pula dengan sikapnya yang ramah pada siapapun. Hal itu menyebabkan ia menjadi rebutan bahkan primadona di sekolahnya. Tapi, apa jadinya jika ia bertemu dengan Deven? L...