Chapter 16

663 77 14
                                    

Ada yang mau dibonceng naik sepeda sama pangeran es-nya SMA Adijaya?

Deven bilang, selamat membaca!

*******

Kedua lelaki itu saling menatap penuh emosi. Perkataan Deven tadi benar-benar memancing luka lama Ari. Perkataan yang membuat dadanya tiba-tiba terasa sesak. Ingatan-ingatan kelamnya tiba-tiba kembali menyeruak kedalam kepalanya.

"Jauhin Anneth! Karena kedekatan lo dengan dia cuma bisa bikin dia celaka!" Kata Deven dingin.

Ari menatap Deven tajam. Kedua tangannya  sudah terkepal sempurna. Ia benar-benar tidak terima sudah di rendahkan seperti itu.

"Lo fikir lo siapa bisa nyuruh-nyuruh gue kayak gitu?" Ari mendecih sinis. "Jangan merasa diri lo paling suci! Gue bisa selalu jagain Anneth. Gak akan ada yang bisa sentuh dia! Kemampuan gue gak bisa diraguin. Bahkan gue bisa dengan mudahnya kalahin sepuluh orang sekaligus yang ngeroyok gue. Gak kaya lo!" Balas Ari telak.

"Apa lo merasa mampu buat lindungin Anneth? Sedangkan kemampuan bela diri lo aja sangat jauh dibawah gue, Deven Putra Mahendra.."

"Kalo gue adalah pembawa masalah, lantas lo apa? Cowok gak berguna?" Ujar Ari santai. Bisa ia lihat kedua mata Deven yang berkilat marah. Dan Ari puas sudah berhasil memancing amarah lelaki dihadapannya ini

Hans masih terdiam dengan segala fikirannya yang berkecamuk. Mereka benar-benar janggal. Lihat saja. Walaupun mereka saling melempar kata sinis dan tatapan tajam, tapi tidak ada satupun yang memberikan pukulan. Terutama Ari. Hans bisa melihat betapa besar kobaran emosi didalam diri Ari, tapi anehnya Ari seolah menahan dirinya. Dua-duanya seperti saling berselisih tapi juga saling melindungi.

"DEVEN, KAK ARI KALIAN GAPAPA?" Tiba tiba saja suara nyaring seorang perempuan terdengar di telinga mereka bertiga. Anneth. Gadis cantik itu lari dengan nafas memburu menuju Deven dan Ari. Tatapan khawatirnya sangat terlihat jelas.

Ari dan Deven sama sama menoleh. Anneth langsung memgambil posisi ditengah-tengah mereka. Menatap kanan dan kirinya bergantian. Ah, atau lebih tepatnya menatap Deven dan Ari bergantian.

"Astaga Deven! Lo banyak banget lebamnya." Pekik Anneth khawatir. Kepala Anneth kemudian menoleh pada Ari, langsung tersenyum lega. "Muka kak Ari aman! Untung gak ada yang luka juga." Lanjutnya seraya tersenyum. Membuat senyum tipis Ari terbit begitu saja.

"Ayo balik!" Tangan Deven tiba-tiba menarik tangan Anneth. Memaksanya untuk pergi dari sana.

"Hah? Balik? Eh Dev---" Kata kata Anneth terputus saat Deven sudah benar-benar membawanya pergi. Menjauh dari area Ari dan teman-temannya tadi.

"KAK ARI, KAK HANS, KAK DITTO, KAK GAVIN, KAK BAGAS, KAK ZAY, KAK RAIHAN,  AKU PULANG DULUAN YA!! MAKASIHH SEKALI LAGI UDAH NOLONGINNN!!" Teriak Anneth disela sela tarikan tangan Deven sambil melambaikan satu tangannya. Yang langsung dibalas lambaian juga oleh teman teman Ari. Sedangkan Ari hanya mengangguk seraya tersenyum tipis.

"Berisik!" Sinis Deven. Membuat Anneth mengerucutkan bibirnya sebal.

"Ih apaan sih main tarik-tarik tangan gue aja. Udah tau gue belum selesai ngomong sama mereka." Anneth menyentak tangan Deven setelah mereka sampai dimana motor Deven terparkir.

Because You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang