𝚃𝚎𝚕𝚊𝚑 𝙱𝚎𝚛𝚖𝚞𝚕𝚊

235 50 21
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^

Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Aku sendiri masih dalam tahap belajar dan berkembang, jadi mohon dimaafkan.

Aku berharap kalian membaca cerita ini setelah menyelesaikan segala kesibukan dan urusan real life masing-masing. Ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu membaca cerita ini! Ini adalah warning yang paling tegas!

★彡 Blossom-Na Present 彡★

Hari telah beranjak malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari telah beranjak malam. Hampir semua orang telah terlelap menjemput mimpi. Begitu pula keluarga Suho dimana nyaris seluruh lampu dipadamkan, menandakan bahwa anggota keluarga yang mengisi rumah tersebut telah berada di kamar masing-masing dan tertidur.

Irene, wanita itu seharusnya sudah terlelap, mengingat betapa banyak emosinya di uji seharian ini. Namun, kedua mata cantiknya serasa enggan terpejam. Bayang-bayang ucapan Baekhyun yang cukup menusuk membuatnya kesulitan tidur. Entah karena rasa gelisah atau buncahan emosi yang tertahan.

"Bila kakak tidak bisa menyayanginya seperti yang seharusnya seorang ibu lakukan, pertemukanlah dia dengan ayah kandungnya. Sebelum ketakutan terbesar kami menjadi kenyataan. Sebelum kakak benar-benar mencelakai Varel lebih parah lagi."

Membuang nafas kasar, Irene akhirnya mendudukkan diri. Tak merasa ngantuk atau kelelahan sedikitpun. Setelah terdiam cukup lama, ia akhirnya memtuskan gergerak turun dari kasur setenang mungkin. Tentu dirinya tidak mau membangunkan Suho.

Dengan pikiran tak jernih dan kedua tangan yang terkepal, wanita itu melangkah hati-hati keluar kamar. Mulai menaiki anak tangga tanpa pikir panjang. Berniat memasuki kamar sang putra sulung yang mungkin telah tertidur.

"Sayang? Kau benar-benar hamil? Ya Tuhan, akhirnya setelah penantian kita selama ini, kamu hamil juga!"

"Tunggu, apa?! Jadi maksudmu bayi yang kau kandung bukan anakku?"

"DASAR BIADAB! BERANI-BERANINYA KALIAN BERMAIN DI BELAKANGKU!"

"Tidak...hiks...kau salah paham! Bukan seperti itu!"

"Katakan yang sejujurnya kepada kami Isabella. Jangan menyembunyikan apapun."

"Bila diberi kesempatan, aku akan bertanggungjawab."

"KAU PIKIR MUDAH?!"

Suara-suara yang dipenuhi teriakan, seruan dan tangisan terdengar begitu jelas dalam telinga Irene. Bayang-bayang keributan belasan tahun yang lalu terputar bagaikan film rusak. Seolah-olah teriakan, jeritan, seruan, tangisan dan beragam ekspresi wajah yang berubah-ubah tiap detiknya itu adalah sebuah film yang tengah Irene tonton.

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang