𝚈𝚊𝚗𝚐 𝚃𝚎𝚛𝚜𝚒𝚖𝚙𝚊𝚗

362 83 24
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^

Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Aku sendiri masih dalam tahap belajar dan berkembang, jadi mohon dimaafkan.

Aku berharap kalian membaca cerita ini setelah menyelesaikan segala kesibukan dan urusan real life masing-masing. Ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu membaca cerita ini! Ini adalah warning yang paling tegas!

★彡 Blossom-Na Present 彡★

Sudah sepuluh menit sejak Renjun dan Jaemin mulai merensi buku yang mereka temukan di rak paling ujung perpustakaan. Keduanya memutuskan untuk mengerjakan tugas tersebut di perpustakaan, tidak bergabung bersama Nancy dan Somi yang berada di ruang tamu ditemani Haechan sebagai pengganggu.

"Kau dan adikmu dekat?"

Jemari Renjun bergerak membalik halaman ketika dilihatnya Jaemin telah selesai menulis.

"Iya, kami dekat" Jawab Jaemin semangat.

Renjun mendengus pelan. Dia memasukkan keripik jagung kesukaannya ke dalam mulut dalam diam, merasakan rasa asin dan manis yang menyapa indera pengecapnya, sembari bergumam cukup keras, "Menyenangkan sekali."

"Bukankah setiap saudara begitu?"

Jaemin memandang Renjun ragu. Melihat reaksi pemuda itu yang langsung mendelik sinis setelah pertanyaannya barusan membuat Jaemin merutuki diri dalam hati. Pasti dia telah salah bertanya.

"Aku dan kakakku tidak dekat" Ungkap Renjun jujur.

Mata Jaemin membulat, "Benarkah?!"

Renjun terkekeh sarkastik, "Tidak semua orang memiliki hubungan persaudaraan yang baik."

Jaemin mengangguk pelan. Tidak ingin melanjutkan percakapan karena tau betul dirinya akan semakin memancing kemarahan Renjun. Yah, katakan saja Jaemin cukup peka untuk menyadari topik keluarga adalah topik yang cukup sensitif untuk Renjun.

"Ngomong-ngomong, aku jarang sekali melihatmu bergaul dengan anak-anak di kelas" Jaemin yang nampaknya tidak lagi menyimpan kecanggungan terhadap Renjun seperti beberapa saat lalu kembali buka suara. Remaja itu cepat-cepat menoleh menatap teman kelompoknya, memperhatikan raut wajah Renjun yang nampak biasa saja hingga membuatnya mendesah lega. Kali ini ia tidak salah bicara.

Renjun mengedikkan bahu acuh, "Berinteraksi dengan orang lain melelahkan."

"Kenapa begitu?"

"Yah...bagaimana ya..." Renjun menumpu dagunya dengan tangan kiri sembari menatap keluar jendela. Memperhatikan taman belakang rumah Somi yang terawat lengkap dengan kandang kelinci milik Samuel –saudara tiri Somi, yang terpajang apik disana.

"Aku lebih memilih berinteraksi dengan satu dua orang namun memahamiku, daripada berinteraksi dengan banyak orang. Kau tau sendiri bagaimana kepribadianku" Ujar Renjun.

Jaemin mengangguk singkat. Remaja itu ikut menumpu dagu dengan tangan kanan, namun tak melepas pandangannya sedikitpun dari Renjun yang tidak menyadari arah tatapannya.

"Ranu."

"Hm?"

"Kau membenciku?"

Mendengar pertanyaan itu keluar dari bibir pink Jaemin membuat Renjun tersentak. Remaja itu menegakkan tubuh, lalu menatap Jaemin yang ternyata masih setia memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang