Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman.
Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Seperti biasa, sebelum membaca, ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan lebih dulu, ya!
Mengingatkan sekali lagi bahwa cerita ini hanya fiktif belaka, tolong keseluruhan jalan cerita jangan diambil serius. Tujuanku hanya untuk menghibur kalian, so please be wise!
Selama ini, Suho selalu memanjakan kedua putranya, kasih sayang yang ia berikan tidak pernah setengah-setengah. Apalagi dengan fakta bahwa Jaemin selalu menjadi korban amukan Irene hingga membuatnya tidak segan menegur Irene bila menaikkan nada suara kepada kedua putranya. Dimata Jaemin dan Jisung, Suho adalah ayah ideal. Namun kali ini, Suho terasa seperti orang asing dimata mereka.
"Kalian masuklah" Jaehyun memberi senyum menenangkan kepada Jaemin dan Jisung yang enggan meninggalkan kedua pria dewasa itu.
Mengangguk, Jaemin akhirnya mengajak Jisung memasuki rumah. Tidak mau membuat kemarahan ayahnya semakin besar –karena Jaemin dapat membaca raut wajah sang ayah dengan baik, setelah berucap selamat siang kepada Jaehyun.
"Apa yang ingin kakak bicarakan?"
Jaehyun bertanya setelah pintu tertutup.
Suho menghela nafas panjang, "Jangan bicara disini."
Dia mengisyaratkan Jaehyun mengikutinya ke taman, tidak mau mengambil resiko berbincang di teras rumah dan di dengar oleh kedua putranya –bila saja mereka menguping.
"Jadi?"
Kedua pria itu akhirnya duduk di di bangku taman. Sama-sama memandang rumput dengan panjang berbeda-beda dan seekor kupu-kupu yang baru saja terbang melewati mereka.
"Apa yang kau inginkan?"
Basa-basi bukanlah kemampuan Suho. Dan pria itu pun memang tidak berniat berbasa-basi, apalagi dengan seseorang seperti Jaehyun yang sejak tujuh belas tahun lalu telah dianggapnya sebagai 'musuh'.
"Aku menunggu kakak menanyakan hal itu" Kekeh Jaehyun.
Suho mendelik, "Jawab pertanyaanku."
Jaehyun menghela nafas. Pria itu mendongak menatap langit siang ini yang mulai mendung, tidak secerah tadi. Mataharinya tertutup awan tebal, sehingga mereka tidak merasakan terik matahari yang terlalu menyengat.
"Aku tidak akan mengambil Varel darimu, kak" Jawabnya pelan, "Aku juga tidak akan merubahnya atau menempelinya setiap saat. Aku juga tau diri."
"Lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]
FanfictionKisah ini tentang kamu. Lelaki yang dipanggil 'Angin' karena beberapa alasan. Lelaki yang lembut dan hangat selayaknya angin tenang dan menyejukkan. "Cahaya di puncak mercusuar memberi tanda kepada kapal yang sedang berlayar. Bagiku, mercusuar itu...