𝚆𝚎𝚕𝚌𝚘𝚖𝚎 𝚂𝚘𝚛𝚛𝚘𝚠

203 38 37
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman.

Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Seperti biasa, sebelum membaca, ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan lebih dulu, ya!

Mengingatkan sekali lagi bahwa cerita ini hanya fiktif belaka, tolong keseluruhan jalan cerita jangan diambil serius. Tujuanku hanya untuk menghibur kalian, so please be wise!

 Tujuanku hanya untuk menghibur kalian, so please be wise!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah selesai kencannya?"

Kepulangan Renjun disambut oleh Yuta yang sedang menonton TV di ruang tengah. Lengkap dengan semangkok popcorn caramel –yang Renjun yakini buatan Winwin, sambil menonton tayangan Harry Potter yang terputar di salah satu channel TV dengan dubbing Bahasa Indonesia.

"Iya" Balas Renjun menghampiri Yuta yang duduk seorang diri, lalu meletakkan bungkusan berisi martabak dan jagung bakar yang Jaemin beli.

"Nih, oleh-oleh dari Angin."

"Uwa!!! Arigatou!!" Seru Yuta semangat. Tangannya dengan cekatan membuka bungkusan tersebut dengan mata berbinar, "Aku suka lelaki peka sepertinya."

Renjun memutar bola mata malas, "Bilang saja suka yang gratisan."

"Hehehe, tau saja."

"Ngomong-ngomong dimana Kak Arion?"

"Di kamarnya" Jawab Yuta sambil melahap sepotong martabak telur, "Sejak tadi dia gelisah. Entah karena apa."

Renjun menatap Yuta sangsi, "Dan kakak malah asik menonton film disini?" Sindirnya.

Yuta tertawa salah tingkah mendengar sindiran tersebut.

"Aku sudah berusaha membujuknya turun. Tapi dia malah mengusirku, katanya-"

Tok

Tok

Tok

Ucapan Yuta terpotong oleh ketukan pintu hingga membuat kedua lelaki berbeda usia itu saling tatap kebingungan.

"Siapa orang kurang kerjaan bertamu malam-malam begini?"

Renjun berdecak malas, "Buka sana, kak!"

"Dih, why me?" Yuta membalas dengan nada tak terima, "Yang tuan rumah siapa?"

"Aku."

"Nah, lalu kenapa kakak yang membukakan pintu?" Yuta tersenyum mengejek, merasa menang melawan Renjun.

"Sudah sana, buka pintunya."

Renjun mendelik sinis. Ia melipat kedua tangan sambil menatap Yuta pongah.

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang