𝙷𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝

265 62 14
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^

Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Aku sendiri masih dalam tahap belajar dan berkembang, jadi mohon dimaafkan.

Aku berharap kalian membaca cerita ini setelah menyelesaikan segala kesibukan dan urusan real life masing-masing. Ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu membaca cerita ini! Ini adalah warning yang paling tegas!

★彡 Blossom-Na Present 彡★

★彡 Blossom-Na Present 彡★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa tidak pulang?"

Renjun menghampiri Jaemin setelah menyampirkan tas ke bahunya. Remaja itu cukup dibuat kebingungan karena tingkah Jaemin yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan beranjak dari kelas. Disaat teman-teman sekelas mereka bergerak cekatan memasukkan buku ke dalam tas agar segera pulang, Jaemin malah bergeming di kursinya sambil mencoret buku halaman belakang dalam diam. Bahkan Jaemin menyuruh Nancy –yang sudah berbaikan dengannya, untuk pulang lebih dulu.

Jaemin mengangkat pandangan dari buku kepada Renjun yang telah mendudukkan diri di kursi Nancy.

"Aku hanya belum mau pulang" Jawabnya jujur.

Renjun mengangguk. Memperhatikan pola abstrak yang dibuat Jaemin dari hasil coret-mencoretnya pada halaman belakang buku tulis, sebelum menatap jam tangan sebentar.

"Mau mampir ke rumahku?"

Jaemin menatap Renjun dengan mata membulat terkejut. Tersirat binar penuh harap dari remaja itu, memastikan bahwa Renjun tidak sedang bercanda.

"Mau tidak?"

"Boleh?" Tanya Jaemin ragu-ragu.

Renjun mengangguk singkat, bertingkah biasa saja padahal kedua tangannya kini tengah berkeringat dingin.

"Tak masalah bila hanya satu orang."

Ucapan tersebut membuat senyuman Jaemin semakin lebar. Dengan cekatan, remaja itu segera memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Tidak mau membuang waktu lebih banyak dan berisiko membuat Renjun berubah pikiran.

Renjun yang memperhatikan ketergesahan Jaemin tertawa kecil.

"Tidak perlu buru-buru, rumahku tidak akan kemana-mana."

=𝓐𝓷𝓰𝓲𝓷=

Haechan baru saja keluar dari ruang guru ketika matanya menangkap sosok Jeno yang sedang duduk lesu di bawah pohon mangga ujung lapangan. Penasaran apa yang teman sebangkunya lakukan di sana, Haechan memutuskan menghampiri. Tepatnya setelah memasukkan kembali hasil ulangan hariannya ke dalam tas setelah merutuki kebodohan yang ia miliki karena mendapat nilai 56 di ulangan Bahasa Jerman.

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang