𝚄𝚜𝚊𝚑𝚊

273 66 8
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^

Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Aku sendiri masih dalam tahap belajar dan berkembang, jadi mohon dimaafkan.

Aku berharap kalian membaca cerita ini setelah menyelesaikan segala kesibukan dan urusan real life masing-masing. Ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu membaca cerita ini! Ini adalah warning yang paling tegas!

★彡 Blossom-Na Present 彡★

"Aku tidak mengerti maksudmu."

Renjun membalas datar.

Jaemin memiringkan kepala, "Pertanyaanku tidak jelas ya?" Tanyanya polos.

Renjun memutar bola mata. Ia berdecak, "Dendam atau apapun yang kau maksud, bukan urusanmu."

"Hmm...bila kau terus memendamnya seperti itu, kau tidak akan bahagia Ranu" Jaemin berujar tenang. Remaja itu menikmati sapuan angin lembut yang menerpa wajahnya, tanpa peduli karena perbuatan angin nakal itu rambut yang ia tata rapi berantakan.

"Tau apa kau tentang diriku? Sudah deh, jangan ikut campur! Urus saja dirimu sendiri."

"Aku memang tidak tau apapun tentangmu" Jaemin tertawa ringan, "Tapi aku tidak masalah harus mendengar ceritamu."

Renjun tertegun sebentar. Biasanya, orang akan membalas ucapan tidak bersahabat Renjun dengan wajah tidak suka atau segera pergi menjauhinya. Namun alih-alih tersinggung, Jaemin malah menanggapi balasan Renjun dengan santai dan nampaknya tidak terlalu ambil pusing.

"Hei Ranu..."

Jaemin meremas bahu Renjun untuk menyadarkan remaja itu dari lamunannya.

"Dunia ini indah loh bila dinikmati."

Haechan memperhatikan Jeno yang nampak sibuk dengan lamunannya tanpa berniat mengerjakan tugas yang Bu Liona beri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan memperhatikan Jeno yang nampak sibuk dengan lamunannya tanpa berniat mengerjakan tugas yang Bu Liona beri. Jeno hanya sibuk menatap papan tulis yang penuh oleh tulisan tangan tak terbaca dari guru yang terkenal cerewet dan tegas itu, setelah ditinggalkan karena dipanggil kepala sekolah. Bekerja sebagai guru yang mengajar juga seorang wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, membuat guru setengah baya itu cukup sibuk dan sering meninggalkan kelas.

"Heh! Daritadi melamun terus" Tegur Haechan jengah juga.

Jeno meliriknya sekilas, "Mau melamun kek, menangis kek, bukan urusanmu juga kok."

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang