Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^
Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Seperti biasa, sebelum membaca, ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan lebih dulu, ya!
★彡 Blossom-Na Present 彡★
"Kau tau Varel? Sejak dulu...mama hanya berharap kau mati."
Jaemin terbangun dengan nafas tersenggal. Biji keringat mengaliri pelipisnya walaupun AC di kamar masih menyala dan bekerja dengan baik.
Dia mimpi buruk. Wajah penuh kebencian sang ibu seolah membayangi Jaemin malam ini. Ia membuang nafas panjang-panjang, melemaskan tubuhnya agar lebih rileks dengan pikiran kalut, tidak lagi memiliki keberanian untuk terpejam.
Sebuah lengan yang melingkar manis di perut membuat Jaemin menoleh ke samping. Detik itu juga, segala kekalutan yang mengusik sirna seketika.
Wajah Renjun yang tertidur lelap nampak tenang dan damai. Seolah-olah dia tengah berkelana dalam sebuah bunga tidur yang indah hingga membuatnya enggan terbangun.
Memang bukan kali pertama Jaemin memandang wajah Renjun yang terlelap, namun rasanya tetap sama. Tetap memberi efek mendebarkan yang semakin lama menjadi candu.
Renjun did it again. Baik dalam keadaan sadar maupun tidak, dia selalu berhasil membuat perasaan Jaemin jauh lebih baik.
Ekor mata Jaemin melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 02.00. Rasa kantuk sepertinya belum mau menghampiri Jaemin lagi. Maka ia memutuskan bergerak sebentar, berharap dengan begitu dia akan kembali mengantuk dan menyusul Renjun ke alam mimpi.
Melepas lengan Renjun yang melingkari perutnya selembut mungkin, Jaemin mendaratkan sebuah kecupan di kening sang kekasih sebelum benar-benar beranjak turun dari kasur dan akhirnya berjalan keluar tanpa menimbulkan suara yang berarti.
Melangkah pelan sambil memperhatikan koridor yang nampak gelap karena nyaris seluruh penghuni rumah telah terlelap, Jaemin menghela nafas panjang. Mulanya ia berniat mengecek Jisung dan Chenle di kamar sebelah, namun urung ketika teringat bahwa sang adik adalah tipe light sleeper sepertinya, ia khawatir hanya akan membangunkan Jisung.
"Mungkin...aku harus minum air."
Langkahnya semakin dipercepat ketika menuruni anak tangga, ingin cepat-cepat kembali ke kamar dan meraup sang kekasih dalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]
FanfictionKisah ini tentang kamu. Lelaki yang dipanggil 'Angin' karena beberapa alasan. Lelaki yang lembut dan hangat selayaknya angin tenang dan menyejukkan. "Cahaya di puncak mercusuar memberi tanda kepada kapal yang sedang berlayar. Bagiku, mercusuar itu...