Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^
Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Aku sendiri masih dalam tahap belajar dan berkembang, jadi mohon dimaafkan.
Aku berharap kalian membaca cerita ini setelah menyelesaikan segala kesibukan dan urusan real life masing-masing. Ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu membaca cerita ini! Ini adalah warning yang paling tegas!
★彡 Blossom-Na Present 彡★
Chenle berlari mengejar Jisung yang nampak kalut sesaat setelah mendengar pertanyaan guru mereka mengenai ketidakhadiran Jisung untuk acara keluarga yang dihadiri ibu dan kakaknya. Tepat setelah mendengar pertanyaan tersebut, Jisung berlari keluar kelas sehingga membuat Chenle benar-benar tidak mengerti apa yang membuat Jisung sepanik ini.
"Jenggala! Tunggu sebentar!" Chenle berusaha meraih tangan Jisung untuk berhenti, namun temannya ternyata jauh lebih gesit.
"Tenang dulu dongg~" Rengek Chenle mulai kelelahan. Namun tak dihiraukan Jisung sedikitpun, "Jenggala, kita-"
Brak!
Chenle menelan ludah pahit.
Matanya melotot horror melihat perbuatan Jisung. Temannya dengan kasar mendobrak pintu kelas 11 IPA 2 tanpa ragu, menghasilkan beragam macam tatapan yang tertuju kepada keduanya karena terkejut akan perbuatan Jisung tersebut.
Chenle menutup wajahnya cemas. Tidak bisa menahan malu dan gugup karena menjadi pusat perhatian para kakak kelas dan merutuk perbuatan impulsive Jisung yang menurut Chenle sangat bodoh.
Berbeda dengan Chenle yang menahan malu, Jisung sendiri sama sekali tak memiliki waktu untuk memikirkan hal tersebut. Mengabaikan tatapan menghakimi yang diberikan kakak kelasnya, mata Jisung malah bergerak gelisah ke setiap sudut ruangan. Berharap apa yang dia dengar salah dan berdoa mendapati wajah sang kakak yang tersenyum ke arahnya sambil melambai.
Namun nihil.
Jantung Jisung berdegup semakin kencang.
Disaat ia sibuk mencari-cari keberadaan Jaemin, kedua obsidian cokelatnya tanpa sengaja bersibobrok dengan kedua obsidian Renjun yang kini balas memandangnya dengan tatapan bingung.
"Kak Angin...?" Bisiknya penuh harap, entah bertanya pada dirinya sendiri atau kepada Renjun yang tengah menatapnya.
Chenle menatap Jisung bingung. Matanya kemudian ia edarkan ke sekeliling, mendapati Renjun yang berjalan menghampiri mereka diikuti Somi di belakangnya.
"Jenggala? Candana?" Renjun memanggil dengan nada bingung, "Ada apa?"
Chenle menggeleng tak tau. Menunjuk Jisung dengan isyarat mata sebagai tanda bahwa ia hanya mengikuti Jisung ke kelas itu.
"Kamu mencari Angin?"
Jisung mengangguk pelan. Matanya yang nampak berkaca-kaca menatap Renjun penuh harap.
"Angin sudah pulang. Mamamu menjemputnya" Jelas Renjun pelan, "Ada apa? Kamu tidak tau?"
"Mama?" Bukannya membalas pertanyaan Renjun, Jisung malah balik bertanya, "Mama yang menjemput Kak Angin?" Bisiknya seolah meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]
FanfictionKisah ini tentang kamu. Lelaki yang dipanggil 'Angin' karena beberapa alasan. Lelaki yang lembut dan hangat selayaknya angin tenang dan menyejukkan. "Cahaya di puncak mercusuar memberi tanda kepada kapal yang sedang berlayar. Bagiku, mercusuar itu...