𝚂𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚁𝚊𝚜𝚊

319 75 18
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^

Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Aku sendiri masih dalam tahap belajar dan berkembang, jadi mohon dimaafkan.

Aku berharap kalian membaca cerita ini setelah menyelesaikan segala kesibukan dan urusan real life masing-masing. Ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu membaca cerita ini! Ini adalah warning yang paling tegas!

★彡 Blossom-Na Present 彡★

Renjun membuka pintu rumahnya lunglai. Remaja itu tak memperhatikan keberadaan kakak kandungnya yang baru keluar dapur dengan segelas kopi dingin di tangan.

"Kau baru pulang?"

Langkah Renjun terhenti tepat di ruang tengah tatkala mendengar pertanyaan Winwin. Ia tampaknya baru menyadari kehadiran sang kakak, terbukti dengan wajah terkejut sekaligus kebingungan yang tercetak jelas.

"Sejak kapan di rumah?!"

Winwin menggaruk hidungnya heran, "Well, aku sedang libur."

"Oh begitu" Balas Renjun singkat.

Tidak berniat melanjutkan percakapan, remaja itu melanjutkan kembali langkahnya. Ingin cepat-cepat ke kamar dan membaringkan tubuh dengan nyaman di kasur, sembari berharap ia dapat melupakan ucapan Chenle tadi siang.

"Nanti Jonathan main ke rumah" Ucapan Winwin sukses menghentikan Renjun tepat di anak tangga pertama. Remaja yang lebih muda spontan berbalik, menatap kakak laki-lakinya sinis dengan kedua tangan terkepal.

"Aku tidak tau Jonathan termasuk antek-antekmu" Cibirnya.

"Dia bukan antek-antekku."

"Lalu apa?"

Winwin menghela nafas, "Dia hanya ingin bertemu denganmu Ranu. Tidak ada salahnya, 'kan? Lagipula Jonathan juga temanmu."

"Aku dan dia tidak cukup dekat untuk dinilai sebagai teman" Koreksi Renjun sambil memutar bola mata.

"Hhh..." Winwin mengusap wajah kasar, "Sampai kapan kau terus seperti ini Arjuna?"

Renjun yang tidak terbiasa dipanggil Arjuna tersentak kecil. Ia mengerti kakaknya mungkin telah didera rasa kesal akan perbuatannya.

"Beginilah aku" Renjun mengedikkan bahu, "Aku hanya menjadi diriku sendiri."

"Paling tidak-"

"Jangan berharap banyak padaku" Potong Renjun datar.

"Arjuna" Winwin menghela nafas pasrah. Dirinya paham betul tidak akan bisa memaksa Renjun bila keadaannya seperti ini.

"Paling tidak, perlakukan Jonathan dengan baik. Dia tidak melakukan-"

"Aku bukan seorang gay kak."

Tatapan Renjun berubah. Tidak ada tatapan tajam juga datar yang sejak tadi tertuju pada sang kakak. Namun tatapan yang saat ini ia tujukan membuat Winwin tidak lagi mampu berucap banyak. Tatapan yang membuatnya menyesal telah membuat sang adik seperti ini.

"Maka jangan memintaku berubah menjadi orang menjijikkan sepertimu. Karena aku tidak akan..." Renjun tercekat, "Aku tidak akan merusak diriku seperti yang kau lakukan pada dirimu sendiri" Sambungnya getir.

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang