Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman.
Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Seperti biasa, sebelum membaca, ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan lebih dulu, ya!
Mengingatkan sekali lagi bahwa cerita ini hanya fiktif belaka, tolong keseluruhan jalan cerita jangan diambil serius. Tujuanku hanya untuk menghibur kalian, so please be wise!
Nancy bergerak gelisah di kursinya. Sedari tadi ia tak berhenti menatap pintu kelas. Berharap Jaemin segera menunjukkan batang hidungnya karena ada sesutau yang ingin ia sampaikan.
"Angin belum datang?"
Somi yang baru selesai piket mendudukkan diri di kursi kosong –kursi milik Jaemin. Ia mengipasi wajahnya sebentar, kelelahan menyapu ruang kelas seorang diri.
"Belum."
Somi mengernyit. Ia menoleh ke belakang, mencari keberadaan Renjun yang duduk diam dibangkunya sambil memandang ponsel dengan wajah merengut.
"Bukankah seharusnya dia datang sekarang?"
"Seharusnya begitu" Desah Nancy makin gelisah, "Tapi ponselnya tidak aktif."
Somi mengangguk, "Mungkin saja terlambat."
"Dia pasti akan mengabariku bila terlambat."
"Ya sudah, tunggu saja. Paling sebentar lagi dia datang."
"Bagaimana bila dia izin?" Nancy memandang Somi cemas. Wajahnya yang cantik nampak pucat dengan sorot mata khawatir, "Ada hal penting yang harus ku katakan padanya."
Somi membalas pandangan Nancy dengan tatapan aneh, "Memang sepenting apa?"
Nancy menggenggam kedua tangannya erat. Menggigit bibir bawah, dia bergumam lirih, "Aku harus berangkat ke Jepang hari ini."
"Oh...Jep –HAH?!" Mata Somi nyaris keluar mendengar pengakuan Nancy, "Jepang?!"
"Ibuku akan menjemput tepat setelah pelajaran kedua. Setelah itu aku langsung berangkat ke bandara."
"Sial! Kenapa tidak memberitau sejak awal?"
Kali ini giliran Somi yang cemas. Gadis itu segera mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi WhatsApp, memberondongi Jaemin dengan belasan pesan walaupun yang didapatinya hanya centang satu.
"Ponselnya tidak aktif."
"Makanya..." Nancy mendesah frustasi, "Dan perasaanku sejak tadi tidak enak."
"Lagipula kenapa mendadak berangkat ke Jepang? Kau akan pindah atau bagaimana?"
Bahu Nancy merosot lemah mendengar penuturan Somi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]
ФанфикKisah ini tentang kamu. Lelaki yang dipanggil 'Angin' karena beberapa alasan. Lelaki yang lembut dan hangat selayaknya angin tenang dan menyejukkan. "Cahaya di puncak mercusuar memberi tanda kepada kapal yang sedang berlayar. Bagiku, mercusuar itu...