Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^
Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Aku sendiri masih dalam tahap belajar dan berkembang, jadi mohon dimaafkan.
Aku berharap kalian membaca cerita ini setelah menyelesaikan segala kesibukan dan urusan real life masing-masing. Ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu membaca cerita ini! Ini adalah warning yang paling tegas!
★彡 Blossom-Na Present 彡★
By the way, aku harus mengingatkan bahwa cerita ini hanya karangan fiksi semata. Ide cerita berasal dari khayalan atau imajinasiku sendiri. Tolong jangan dianggap serius, Ok?
Pintu besar bercat cokelat itu nampak menantangnya. Terlihat angkuh dan sombong sesaat setelah Suho berhenti tepat di depannya. Siap membuka pintunya kapan saja dan bertemu dengan pemilik rumah yang rasanya ingin sekali ia hajar saat itu juga.
Mengeraskan rahang sekaligus berusaha mengurangi segala kemarahan yang ada dalam diri, Suho akhirnya membuka pintu tersebut. Mendapati ruang tamu dengan interior mewah yang tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Kedua tangannya terkepal. Memasuki rumah tersebut tanpa permisi, Suho melangkah semakin jauh. Melewati ruang tamu, melewati ruang tengah, hingga langkahnya terhenti tepat di ruang makan dimana tiga orang pria tampan tengah menghabiskan makan siang mereka dengan tenang.
"Oh selamat datang. Tumben mengunjungi rumahku" Chanyeol berujar tenang dengan mulut yang nyaris penuh oleh nasi goreng.
Suho tak membalas. Matanya terpaku pada pria tinggi itu dengan tatapan tajam. Andai saja sepasang mata cokelat Suho dapat mengeluarkan laser, mungkin Chanyeol telah mati saat itu juga.
"Duduk dulu Kak Sada" Sehun -Senja Lionel Adelino, berujar tenang. Wajah tampan bak pangeran itu memasang senyuman culas ketika tak mendapatkan balasan apapun dari pria yang lebih tua.
Jongin -Kiano Demian Andrew, membuang nafas panjang. Menenggak air putih sebentar, sebelum membawa piring kotornya ke tempat cuci piring.
"Tenangkan diri dulu, setelah itu bicara" Ucap Jongin sambil mencuci piringnya sendiri.
Suho menggigit lidah agar tak mengeluarkan umpatan yang sejak tadi memenuhi otaknya. Siap ia ucapkan tepat di depan muka pria tinggi yang tak menghiraukan kehadirannya sama sekali, namun urung karena masih tau sopan santun.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]
FanficKisah ini tentang kamu. Lelaki yang dipanggil 'Angin' karena beberapa alasan. Lelaki yang lembut dan hangat selayaknya angin tenang dan menyejukkan. "Cahaya di puncak mercusuar memberi tanda kepada kapal yang sedang berlayar. Bagiku, mercusuar itu...