𝚆𝚊𝚗𝚒𝚝𝚊 i𝚝𝚞

254 50 10
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman. Karena saran sangat diharapkan, jadi jangan ragu untuk menyampaikannya di kolom komentar dengan bahasa yang baik ^^

Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Aku sendiri masih dalam tahap belajar dan berkembang, jadi mohon dimaafkan.

Aku berharap kalian membaca cerita ini setelah menyelesaikan segala kesibukan dan urusan real life masing-masing. Ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan terlebih dahulu, baru setelah itu membaca cerita ini! Ini adalah warning yang paling tegas!

★彡 Blossom-Na Present 彡★

"Kenapa Kak Yuta tidak ikut menjemput?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa Kak Yuta tidak ikut menjemput?"

Renjun baru saja mengenakan seatbelt ketika menyadari sang kakak menjemputnya seorang diri. 

"Ha? Kau bertanya apa?!" Kaget Winwin.

Renjun berdecak, "Kak Yuta. Kenapa tidak ikut menjemputku?"

Winwin tergagap. 

"K...ku pikir...kau tidak ingin melihatnya" Jawab pemuda itu ragu.

Sang adik memutar bola mata jengah, "Aku ingin makan siang."

"Baik, baik" Winwin mulai menjalankan mobil, "Kita makan siang di luar."

Sambil membuang nafas pelan, Renjun menatap Winwin dengan pandangan serius.

"Ajak Kak Yuta juga."

Renjun dapat melihat dengan jelas ekspresi terkejut dan tak percaya di wajah sang kakak.

"Kau...serius?" Tanya Winwin ragu. Masih berusaha tenang dan fokus menyetir.

Renjun mengangguk pelan. Membuang pandangannya keluar jendela sebab tidak mau melihat ekspresi Winwin yang terlihat...sedih?

"Ranu?"

Winwin memberhentikan mobil di pinggir jalan. Tidak mau mengambil resiko menyetir sambil berbicara serius. Lalu menepuk bahu sang adik untuk menatapnya dengan tangan bergetar.

"Kamu serius ingin makan siang bersama Yuta?"

Renjun menyadari kedua mata sang kakak kini mulai berlinang airmata.

"Kenapa? Kak Yuta tidak bisa?"

"Bukan, bukan begitu" Winwin menggeleng kencang, "Aku hanya terkejut. Tidak biasanya kau-"

"Aku minta maaf."

Renjun memainkan jemarinya gugup.

"Aku minta maaf telah memperlakukan kalian dengan buruk" Ucapnya seraya menatap lekat kedua mata jernih sang kakak, ia kembali melanjutkan, "Aku tau maaf saja tidak cukup. Tapi aku menyesal..."

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang