𝙿𝚊𝚗𝚐𝚐𝚒𝚕𝚊𝚗

194 37 7
                                    

Sebelumnya, terima kasih sudah berkenan membuka cerita ini dan membacanya. Harap berikan feedback berupa Vote & Comment dengan kata-kata yang positif. Bila memberikan kritik, tolong disertai dengan saran yang membangun ya teman-teman.

Selanjutnya, cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Mohon dimaklumi adanya typo, atau alur yang terlalu cepat maupun terlalu lambat. Seperti biasa, sebelum membaca, ibadah, tugas, pekerjaan, dsb, tolong diselesaikan lebih dulu, ya!

Mengingatkan sekali lagi bahwa cerita ini hanya fiktif belaka, tolong keseluruhan jalan cerita jangan diambil serius. Tujuanku hanya untuk menghibur kalian, so please be wise!

"Ku pikir kita belum membicarakan tentang panggilan kesayangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ku pikir kita belum membicarakan tentang panggilan kesayangan."

Renjun memainkan rambut Jaemin yang berantakan karena terkena sapuan angin kencang. Sama sekali tidak keberatan pahanya dijadikan bantal oleh kekasihnya yang kini telah memejamkan mata sambil menikmati perlakuan Renjun padanya.

"Kau mau kupanggil sayang?" Jaemin bergumam sambil menekuk lutut –sofa yang mereka tempati tidak cukup panjang untuk memuat kaki panjangnya.

Rona samar kini meluas di wajah manis Renjun. Belum terbiasa dengan panggilan yang baru saja Jaemin tujukan padanya, walaupun tidak dalam konteks serius.

"Atau mau kupanggil sweetheart?" Goda Jaemin tatkala menyadari sang kekasih mulai salah tingkah.

Renjun berusaha mati-matian menahan senyum yang terkembang lebar di wajahnya tatkala Jaemin membuka mata dan memandangnya dengan kerlingan jahil.

"Atau honey? Sweety? Sugar? Darling?" Serobot Jaemin semakin gencar menggoda Renjun.

"J...ja-"

"Ah! My Foxie? Baby doll?" Jaemin menyeringai semakin lebar, "My little pumpkin? Atau muf–hmpft!!"

"Diam!!"

Jaemin tertawa walaupun suaranya terdengar tak jelas karena bungkaman Renjun pada mulutnya.

"Jangan panggilan menggelikan seperti itu!" Sebal Renjun walaupun dirinya tak bisa menutupi rasa malunya. Terbukti dari senyum malu-malu dan rona merah di kedua pipi chubbynya yang nampak menggemaskan.

"Aku mau panggilan yang lain!"

Jaemin mengangguk-angguk. Meminta Renjun melepas bungkamannya agar dapat berbicara lebih jelas.

Renjun menurut. Sambil merutuk pelan, remaja itu melepas bungkamannya dari mulut Jaemin. Barulah dia menyadari sang kekasih kini tersenyum lebar –sangat lebar hingga Renjun khawatir bibir itu akan robek, sebelum mengucapkan sesuatu yang membuat debar jantung Renjun semakin menggila.

"Bagaimana dengan My Little Prince?"

"ANGIN!"

=𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏=

𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈: 𝑨𝒏𝒈𝒊𝒏 [𝑱𝒂𝒆𝒎𝑹𝒆𝒏]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang