24. JENO

362 47 11
                                    

Apa kabar semuanya?
Aku sebenarnya gak ada niat mau up cerita karena ya idenya kurang diasah. Ketimbun juga sama tugas-tugas lainnya. Eh ternyata malam ini ada sedikit draft di WP, ya udh aku lanjut aja sekalian.

Mana tau kalian ada yang nunggu cerita ini, so, happy reading!!

💞

Jeno tidak tahu harus bagaimana. Dunianya terasa berantakan setelah melihat Siyeon berdekatan dengan Bomin. Jeno tahu siapa Bomin, cowok itu kerap menemui Siyeon dan memperkenalkan diri sebagai sahabat dari kekasihnya itu, tetapi nyatanya tidak ada persahabatan antara cowok dan cewek yang tanpa dibubuhi perasaan cinta. Siyeon berhasil menghancurkannya malam ini.

Masih dengan rasa kecewanya, Jeno tetap berdiri di tempatnya. Menyaksikan bagaimana Siyeon masih tampak kebingungan untuk menemukan dirinya. Bersyukur ada banyak orang yang berlalu-lalang sehingga cukup sulit untuk keduanya saling menatap.

"Kita omongin ini besok. Jangan kamu kira kita akan putus secepat itu, Siyeon." Jeno kembali bersuara.

Ia tidak siap jika Siyeon jatuh ke pelukan cowok lain. Bukan Siyeon yang harus dilepaskan, tetapi Bomin yang harusnya disingkirkan.

"Jen!" Teriak Siyeon. Meski tidak melihat sosok Jeno, Siyeon masih berharap bisa menemukan cowok itu.

"Bisa gak sih gue pergi sekarang?" tanya Siyeon kalut. Ia ingin segera meninggalkan wahana dan pergi menemui Jeno sesegera mungkin.

"Kalo lo pergi, stannya gimana, Yeon?" kata Heejin menanggapi.

Bomin memeluk kedua pundak Siyeon. "Kita beresin dulu ya stannya. Habis itu baru aku anterin kamu kalau mau pulang," kata Bomin.

"Bomin kayaknya kita...."

"Gak usah khawatir. Aku bisa jadi second lead untuk hubungan kamu kapanpun kamu mau. Poin terpenting untuk aku adalah kamu bahagia, terlepas sama siapa kamu bahagia. Oke?" Bomin mengusap air mata Siyeon yang tiba-tiba saja menetes.

"I'm bad girl, right?" tanya Siyeon.

"Berasa lirik awal lagu gue gak sih?" bisik Heejin pada Hyunjin.

"Diem dulu," balas Hyunjin juga berbisik.

Keempat manusia rupawan itu akhirnya kembali ke stan, lalu mengemas barang-barang yang mereka bawa. Beberapa anak OSIS datang membantu tanpa bertanya mengapa mereka tutup stan lebih cepat dibandingkan stan sekolah lain. Tidak memakan waktu lama, semua beres. Siyeon bersiap pergi.

"Gue temenin, ya," kata Bomin menawarkan.

"Lo mau bonyok sama Jeno? Udah, gue sendiri aja ya. Sorry gue duluan ya, Guys!" balas Siyeon.

Heejin, Hyunjin, dan Bomin hanya mengangguk. Mereka tentu tidak bisa melarang Siyeon. Senekat-nekatnya Siyeon main api di belakang Jeno, dia tetap bucinnya sama Jeno seorang. Meskipun kurang yakin, tapi Siyeon tetap berharap Jeno mau memaafkannya.

💞

"Kok belum sampe rumah?" tanya Jeonkook melalui pesan singkat.

Chaeyeon yang terjebak kemacetan bersama Jaehyun akhirnya memutar arah dan berakhir terjebak hujan, jadilah mereka sekarang berada di sebuah mall untuk sekadar berteduh dan mengisi perut.

"Aku keluar. Maaf." Balas Chaeyeon melalui pesan singkat juga.

"Jangan pulang kemalaman, Chaeyeon.

"Iya. Sekali lagi, maaf."

Usai memastikan pesannya dibaca Jeonkook, Chaeyeon langsung mematikan ponselnya. Ia berada di tempat umum, sedikit khawatir jika ada orang yang tidak sengaja membaca chatnya. Apalagi dia sedang bersama Jaehyun sekarang, bisa makin berantakan nanti.

Jaehyun sebenarnya bersyukur dengan hujan malam ini. Ia bisa menghabiskan malam bersama gadis yang membuatnya tertarik beberapa waktu terakhir. Belumabk Chaeyeon terlihat sangat cantik dengan pakaian sederhananya. Jujur saja, sejak awal Jaehyun menahan diri untuk tidak terus tersenyum ketika melihat Chaeyeon.

"Trabas aja, yuk! Udah pukul sepuluh nih. Stan juga pasti udah sepi. Anterin gue balik ya," kata Chaeyeon.

"Hujan, Chaeyeon. Bahaya mengemudi di hujan sederas ini," balas Jaehyun santai. "Kita nonton aja gimana? Kan lumayan tuh, durasi dua jam, abis itu hujannya reda, pulang deh kita," tawar Jaehyun.

"Terus nanti gue pulang pukul dua belas malam? Tidur di luar rumah lah gue! Ogah!" Chaeyeon menolak ajakan Jaehyun dengan segera.

"Tidur sama gue lah!" kata Jaehyun tiba-tiba yang dibalas tatapan tajam Chaeyeon. "Maksudnya tidur di rumah gue. Gue tinggal sendiri loh!" Jaehyun meralat kalimatnya.

"Enggak, makasih!" jawab Chaeyeon.

"Ya udah! Gue nonton dulu ya. Lo kalo mau di sini sampai gue selesai nonton sih gak papa," ujar Jaehyun sambil berdiri. "Mau pesan ojol dan sejenisnya terserah sih. Tapi asal lo ingat aja, banyak kasus pelecehan...."

"Beli dua tiket. Gue ikut nonton!" Chaeyeon memotong kalimat Jaehyun dengan cepat. Ya, sepertinya menunggu lebih lama jauh lebih baik dibanding harus mengambil risiko pulang sendirian.

💞

Siyeon masih uring-uringan sejak Jeno memutuskan panggilan telepon mereka. Ia tahu jika Jeno akan marah, tetapi ternyata ia tidak bisa mengendalikan kecemasannya. Siyeon sayang Jeno, meskipun Jeno tidak cukup menghibur seperti Bomin. Ah! Memikirkan Bomin membuat Siyeon kembali merasa bersalah.

Bukan hanya sekali Siyeon meminta Bomin mencari gadis lain untuk menjadi kekasihnya. Bomin bukan siswa cupu yang tidak punya kelebihan apapun, justru sebaliknya, ia termasuk siswa kebanggaan guru. Berbagai piala di sekolahnya, puluhan diantaranya merupakan hasil kemenangan Bomin sejak kelas X. Namun, setiap kali Siyeon meminta hal tersebut, Bomin hanya tersenyum sambil berujar, "Nanti ya. Gue belum nemuin cewek yang bisa bikin gue jatuh cinta kayak lo."

Ingin rasanya Siyeon memukul kepala Bomin setiap laki-laki itu berkata demikian.

"Jen, di mana?" Siyeon mengetik pesan pada kolom obrolannya dengan Jeno.

Seperti dugaannya, tidak ada balasan.

"Maaf." Tulis Siyeon berikutnya.

"Aku atau cowok itu?"

Siyeon terkejut ketika Jeno membalas pesannya. Segera ia mengetik pesan balasannya dengan yakin.

"Kamu."

"Putusin dia."

"Udah."

"Aku udah lama gak berantem."

"Dia bisa tarung, kan?"

"Please jgn!"

"Dia temen aku, Jen!"

"Gue pacar lo!"

"Jgn berantem. Lo marahnya sama gue aja."

"Oke!"

Siyeon menghembuskan napasnya lelah. Obrolan singkatnya dengan Jeno tidak menghasilkan apa-apa. Hubungan mereka tetap merenggang, setidaknya malam ini. Ia tidak mungkin membiarkan Bomin dihabisi oleh Jeno. Bomin is her friend, gimana pun juga.

----

140421

KETUA ANGKATAN | 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang