27. MENCOBA BIASA

82 14 4
                                    

Halo! Maaf baru muncul lagi. Aku kira bakal banyak waktu untuk bisa selesaikan satu per satu cerita yang masih belum selesai, tapi nyatanya aku enggak sekonsisten itu. 

Terakhir update 16 April 2023. Sekarang udah 24 Januari 2024. Hampir satu tahun enggak update lagi.

Makasih banget buat kalian yang masih baca dan vote bahkan komen di cerita-ceritaku untuk segera lanjut. 

Udah deh gitu aja. Selamat membaca, ya. Boleh banget komen atau chat atau apapun itu. Aku sangat mengapresiasi apapun jejak yang kalian tinggalkan. 

***

Jaehyun membawa motornya meninggalkan area taman yang mengitari danau tersebut. Ia tak lagi merasa perlu meminta penjelasan dari Chaeyeon. Toh, bukan haknya juga untuk meminta penjelasan lebih lanjut terkait hubungan keduanya. Jaehyun cukup sadar diri, berharap Chaeyeon menyukainya boleh, tetapi jangan sampai bodoh nekat menjadi orang ketiga.

Sepanjang perjalanan, Jaehyun bersiul. Berusaha menenangkan dirinya sendiri. Otaknya mulai merangkai kalima-kalimat Chaeyeon yang pernah diucapkan padanya.

"Jangan cemburu sama orang yang dekat sama gue. Kalau gue dekat sama orang lain, artinya gue kenal orang itu lebih dulu dibandingkan sama lo."

"Gue gak janjiin kepastian."

"Lo boleh suka sama gue, itu hak lo. Tapi, bagian gua bakal suka balik atau enggak, itu hak gue."

Dan banyak lagi. Seharusnya Jaehyun sadar akan rambu-rambu peringatan yang pernah Chaeyeon katakan. Namun, siapa sangka jika itu bukan sekadar peringatan semata?

Tunangan? Cih! Bahkan mereka bukan lagi di tahap pacaran ala-ala anak SMA. Ya, meskipun dalam hati Jaehyun tergelitik. Orang tua mana yang masih menjodohkan anaknya di zaman sekarang? Ups! Apa jangan-jangan itu keputusan mereka? Haruskan Jaehyun mencari tahu lebih jauh?

"Bodoh! Buang-buang waktu aja," bisiknya sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di otaknya itu.

Jaehyun tahu benar jika hubungan dengan adanya orang ketiga sama sekali tak ada baiknya. Prahara salah satu kerabatnya nyaris hancur karena orang ketiga. Sangat memalukan jika akhirnya ia yang mengambil peran orang ketika tersebut.

"Amit-amit!" katanya lagi. Jaehyun menggelengkan kepalanya, menghilangkan pikiran-pikiran random itu.

Ia kemudian menutup helmnya, menarik gas lebih kencang, dan melaju menuju rumah.

Mengabaikan pesan di grup kelas tentang pembagian kelompok belajar menjelang aneka ujian untuk kelas XII, Jaehyun memilih untuk memetik gitarnya sambil merebahkan diri di kasur bersprei bergambar klub Los Angeles Lakers. Tak lama kemudian ia mengambil ponselnya, membuka kamera dan mengarahkannya ke wajah.

"Gue enggak jelek-jelek amat, sih," gumamnya. "Dibanding tunangan Chaeyeon... Ya, dia di bawah gue satu tingkat. Eh, ralat. Sepuluh tingkat. Kegantengan gue udah paripurna soalnya."

Sambil memainkan senar gitarnya, menghasilkan nada-nada random, Jaehyun kembali berujar, "Huh! Kenapa dulu gue tertarik sama Chaeyeon, ya. Males banget kalau udah masalah perasaan gini. Udah capek-capek gue caper, eh abis ini berlagak cuek bebek di depan dia. Emang bisa? Yang bener aja."

"Gue harus cari kesibukan supaya enggak banyak kepikiran random gini. Kira-kira apa, ya? Gak mungkin gue main basket di sekolah, bisa-bisa kena ceramah sama guru BK. Mengingatkan tugas anak kelas XII yang belajar, belajar, dan belajar."

"Tau ah pusing! Mau tidur aja!" putus Jaehyun kemudian. Tanpa mengganti seragamnya, Jaehyun memejamkan mata dan memilih untuk tidur dengan memeluk gitarnya.

-

Jeon Chaeyeon akhirnya tiba di rumah setelah mendengarkan semua keluh-kesah Jeonkook. Laki-laki itu menceritakan tentang lelahnya menjadi mahasiswa yang aktif berorganisasi. Tidak ada hari libur, bahkan akhir pekan sering digunakan untuk mengurus organisisasi.

KETUA ANGKATAN | 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang