Awalnya tuh aku risih gitu sama nama Korea tapi pakai bahasa lo-gue, beneran risih sampai aku nulis kayak begini di cerita sebelumnya. Tapi, aku baca cerita lain dan ternyata pake nama Korea dan bahasa lo-gue tuh banyak dan yang baca juga banyak alias gak ganggu cerita gitu loh.
Gak papa sih, pengen nulis aja
Hehe
Selamat membaca🌱
Menjadi siswi aktif memang memiliki kelebihan dan kekurangan yang tampak jelas. Kelebihannya bisa keluar kelas hampir setiap hari karena dispen lomba atau kegiatan lain dan kekurangannya jelas sering tertinggal pelajaran. Meskipun tidak pernah masuk peringkat lima besar, setidaknya nama Chaeyeon ada di urutan ke-10 besar. Tidak bisa dibilang sangat bodoh, bukan?
Beruntungnya Chaeyeon, ia tidak memiliki orangtua yang ambisius. Gadis itu diperbolehkan memilih jurusan apa nantinya saat berada di bangku perkuliahan. Jika sampai ia diminta masuk kedokteran seperti kakaknya, mungkin ini tahun terakhir Chaeyeon hidup. Oke, itu terdengar berlebihan. Mungkin Chaeyeon tidak lagi bisa bersenang-senang seperti saat ini.
Menonton drama merupakan agenda harian Chaeyeon. Hampir setiap malam, ia selalu menonton paling tidak dua episode drama. Biar saja dibilang mainstream, toh itu untuk kesenangan dirinya.
Jarum jam di dinding Chaeyeon kini menunjukkan pukul sebelas malam. Chaeyeon masih belum terlelap. Ingatannya kembali pada kejadian tadi saat pulang sekolah. Jung Jaehyun benar-benar mengantarnya hingga ia turun dari Go-Car.
"Bye, Chae!" katanya tadi sebelum Chaeyeon memasuki gerbang rumahnya. Respon Chaeyeon? Hanya mengangguk. Apa Chaeyeon perlu meminta Rose memasukkan nomor ponselnya ke dalam grup ghibah itu agar ia tahu Jaehyun lebih jauh?
Chaeyeon langsung menggeleng. Terlalu cepat jika ia tertarik oleh seorang Jaehyun. Baru juga diantar pulang, masa dia sudah baper? Bagaimana jika ia malah patah hati ketika sudah jatuh hati? Bisa-bisa impiannya masuk ke universitas impian gagal karena ia sibuk menangis.
Keesokan harinya, Chaeyeon membawa motor matic-nya ke sekolah. Ia tidak mau kejadian seperti kemarin terulang lagi. Aneh saja rasanya.
Jalanan yang masih lenggang, membuat Chaeyeon tiba di sekolah dengan menempuh perjalanan lima belas menit saja. Diparkirnya motor matic miliknya, berjejer dengan motor para murid lain.
"Chae!" Rose melambaikan tangannya. Rose yang tidak sengaja menoleh ke belakang, menemukan Chaeyeon yang berada di belakangnya.
"Tungguin!" Chaeyeon berlari kecil menghampiri temannya itu.
"Gue ada hot news!" Rose mulai bercerita. "Kemarin, Jaehyun jadi imam solat asar! Gila gak tuh! Tau gitu kemarin gue solat di sekolah aja, enggak langsung pulang."
Chaeyeon bertanya, "Emang begituan aja masuk ke obrolan grup ghibah?
Rose mengangguk mantap. "Selama tiga tahun gue di sekolah ini, baru sekarang Jaehyun jadi imam. Apa dia lagi latihan buat jadi imam gue ya, Chae?" Gadis cantik itu membayangkan.
"Inget Mingyu!" kata Chaeyeon mengingatkan.
"Yah, Chae." Rose mengerucutkan bibirnya. "Jangan diingetin dong. Lagi asik bayangin Jaehyun, nih!" lanjutnya.
"Udah ah! Buruan ke kelas. Bentar lagi apel mulai!" kata Chaeyeon lalu berlari kecil meninggalkan Rose.
Amanat yang disampaikan guru saat apel sepertinya sudah dihapal di luar kepala. Semua pembina apel selalu mengingatkan siswa siswi kelas XII untuk rajin belajar. Memangnya dikira selama hampir tiga tahun di sekolah, mereka ngapain? Masak?
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA ANGKATAN | 97L
FanfictionUpdate: Selasa & Kamis Syarat menjadi pacar Chaeyeon: 1. Enggak boleh ngerokok di sekolah 2. Gak usah cemburu sama mantan gebetan karena mereka datang lebih dulu dan pernah bahagia bareng. 3. Dilarang mengekang karena manusia berhak atas hidupnya se...