Halo semua! Selamat malam!
Gimana kabarnya hari ini? Semoga kabar baik, ya. Aku harap kalian juga sehat dan bahagia selalu. Aku bawa BAB baru yang semoga bisa menghibur kalian malam ini.
Jangan lupa tinggalkan komentar dan kasih bintang, ya.
Terima kasih atas dukungannya!
**
"Kamu apain Jihoon?" tanya Siyeon to the point. "Jeno, aku udah bilang untuk enggak ikut campur urusan OSIS. Kamu tau OSIS berarti banget buat aku. Aku enggak mau kamu bertindak semau kamu apalagi menyangkut OSIS."
"Aku mau bantuin kamu, Yeon. Jihoon ada di sana, selama ini kalian cari dia 'kan? Aku temuin dia dan enggak mungkin biarin dia kabur gitu aja," jawab Jeno tak terima dipojokkan.
"Tapi enggak dengan hajar dia, Jen! Kamu mau jadi jagoan? Kamu kira aku bakal berterima kasih sama kamu dengan cara ini? Enggak, Jen. I'll not thank you for this." Siyeon berujar dengan tatapan tajamnya.
Jeno tertawa miring, siswa itu kemudian mengeluarkan rokok dari saku celananya.
"Mau ngapain, Jen? Gila kamu mau ngerokok di area sekolah gini." Siyeon hendak merebut rokok, tetapi Jeno lebih dulu mengelakkan tangannya.
"Rokok itu bikin tenang, Yeon. Aku harus tetap tenang kan ngomong sama kamu yang kepalanya makin batu ini," jawab Jeno lalu membakar rokoknya. "Jihoon terlibat utang dan dia pakai jalan cepat buat dapetin uang."
Siyeon terkejut mendengarkan. Jangan-jangan rumor Jihoon menjadi pengguna narkoba benar adanya. Duh! Reputasi OSIS bisa jelek kalau begini.
"Foto yang kamu lihat, Jihoon memang lagi melakukan transaksi. Mungkin kamu udah nebak, transaksi barang haram. Cih! Aku sampai pakai istilah 'barang haram' loh sama kamu," kata Jihoon yang sesekali menyesap rokoknya. Siyeon sedikit menyingkir, bau rokok bukan sesuatu yang ia senangi.
"Jihoon bukan pemakai kalau kamu khawatir, dia pengedar. Lebih tepatnya dia jadi kurir," lanjut Jeno.
"Terus kenapa kamu bisa ada ketemu Jihoon malam itu?" selidik Siyeon. "Kamu buntutin dia?"
Jeno lagi-lagi tertawa. Dia sedang memberikan informasi, tetapi malah diinterogasi. Untung saja Siyeon pelakunya. Jika bukan, Jeno pasti memilih untuk pergi saja.
"Enggak sengaja ketemu," jawab Jeno.
Siyeon menatap Jeno tak percaya. "Jadi kamu pergi berduaan sama Yeji dan enggak sengaja ketemu Jihoon?"
Sial! Siyeon melupakan keberadaan gadis itu. Benar, ada Yeji di sana. Bukankah artinya Jeno sedang pergi berduaan dengan Yeji? Pendengar yang selalu dibanggakan Jeno itu?
"Atau mungkin kamu malah sekalian emosi dan pukulin Jihoon atas nama bantu aku. Di hadapan Yeji?" Siyeon sedikit kesal kali ini. Ah! Lebih tepatnya, kesalnya bertambah 2x lipat.
"Kamu cemburu aku pergi sama Yeji?" Jeno bertanya tiba-tiba. Ada jawaban yang ingin ia dapatkan dari gadis yang masih berstatus kekasihnya ini.
"Lupain. Aku enggak mau bahas hubungan kamu dan Yeji," jawab Siyeon kemudian. "Terus Jihoon gimana dan di mana?"
"Seriously, kamu lebih tertarik sama Jihoon dibandingkan aku?" Jeno menatap tidak suka.
"Here we go again!" gumam Siyeon. "Jeno, aku enggak punya tenaga lagi untuk sekadar berantem sama kamu. Tujuan aku bawa kamu ke sini untuk bahas tentang Jihoon, bukan kamu, Yeji, atau bahkan kita."
Jeno mematikan rokoknya dan menginjak punting rokok agar bara apinya mati. Baru kemudian ia duduk di samping Siyeon.
"Aku ketemu Jihoon di jalan dan ya udah aku ajak dia ngomong, tapi dia mau kabur. Satu-satunya cara, aku pukul dia biar dia berhenti. Udah gitu aja," ucap Jeno sambil tersenyum yang membuat matanya menjadi menyipit.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETUA ANGKATAN | 97L
FanfictionUpdate: Selasa & Kamis Syarat menjadi pacar Chaeyeon: 1. Enggak boleh ngerokok di sekolah 2. Gak usah cemburu sama mantan gebetan karena mereka datang lebih dulu dan pernah bahagia bareng. 3. Dilarang mengekang karena manusia berhak atas hidupnya se...