Hari Minggu ini, Meisya, Leo, Steven, dan Arizka berjanji akan pergi menghabiskan waktu bersama. Mereka sudah merencanakan ini dari dua hari yang lalu.
Karena di antara mereka Meisya lah yang paling kecil, entah dari tubuh ataupun usia, mereka sepakat berkumpul di rumah Meisya. Kalau kata Steven sih, anak kecil gak boleh pergi jauh-jauh, apalagi tanpa pengawasan orang dewasa!
Benar-benar penghinaan!
Seperti itu kata Meisya. Perkataan Steven dengan tidak langsung ialah mengatakan kalau Meisya anak kecil. Walaupun begitu, Meisya tidak pernah marah. Karena Meisya tahu kalau temannya itu sedang bercanda.
Meisya menunggu ketiga temannya di taman depan rumahnya dengan ditemani Gerry. Gerry juga sependapat dengan Steven.
Hufttt...
Memang menyebalkan semua ya Mei, orang-orang di sekitarmu.
"Bang Gerry kenapa gak masuk aja?" tanya Meisya.
"Lo mau diculik?"
Bukannya menjawab pertanyaan Meisya, Gerry justru bertanya balik. Bukan masalah lebay atau apa, Gerry hanya menjaga-jaga saja. Meisya ini adik satu-satunya, perempuan pula. Sifat Meisya yang polos dan penurut itu sangat memudahkan para penculik untuk menculiknya.
"Bukan gitu maksudnya Meisya, Bang Gerry. Jelas Mei gak mau diculik lah. Aneh. Siapa coba yang kepengen diculik? Kalau nanti misalnya Mei diculik, disekap, terus dibunuh. 'Kan gak seru. Mei juga gak akan tenang kalau sebelum pergi Meisya belum bisa bikin mama sama papa sayang sama Mei lagi. Ehh, salah! Bukan gitu maksudnya. Maksudnya tuh, 'kan kasian Bang Gerry kalau harus kehilangan adik perempuan satu-satunya yang cantik, imut, dan gemesin ini."
Meisya menyengir menampilkan gigi putih dan rapinya itu. Wajahnya semakin menggemaskan saja sekarang. Ditambah pipi chubbynya itu.
Dengan gemas, Gerry mencubit pipi kanan Meisya. Lalu mengusap puncak kepala Meisya sebentar.
"Iya deh yang gemesin." Gerry berucap pasrah. "Oh iya, Lo mau pergi ke mana aja? Emangnya Lo punya duit buat jalan-jalan?"
Meisya mendengus sebal. "Gini-gini tuh Mei suka nabung, ya, Bang Rysol!"
"Iyain aja deh, umur gak ada yang tau."
Meisya mendelikkan matanya kesal lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Tangannya dilipat di depan dada.
Tak lama, sebuah mobil mewah berhenti di depan gerbang rumah Meisya yang menjulang tinggi. Meisya sudah dapat menebak kalau itu adalah teman-temannya. Saking yakinnya, Meisya langsung berpamitan pada Gerry dan pergi menuju mobil itu.
---><---
Sekarang keempat orang itu sedang mengitari taman untuk berjalan-jalan. Sebelumnya mereka sudah pergi ke mall, nonton bioskop, makan, dan lain-lain.
Mereka berjalan beriringan. Jika dilihat-lihat, Steven sudah seperti cowok fuckboy yang pergi jalan-jalan bersama dengan tiga cewek.
Tapi ternyata itu salah. Mereka hanya sebatas berteman saja. Jika Meisya sudah berteman dengan Leo sejak SMP. Dan Steven dengan Arizka juga sejak SMP. Hanya saja mereka berempat beda sekolah.
"Steven, beli es krim yuk," ajak Meisya.
"Ayok."
Mereka berempat menghampiri penjual es krim yang berjualan di tepi jalan. Lalu memesan dua es krim varian vanila strawberry, dan yang dua lagi vanila cokelat.
Setelah mendapatkan es krim masing-masing, mereka kembali berjalan. Tujuan mereka sekarang adalah menuju rumah pohon yang tak jauh letaknya dari taman ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISYA [TERBIT]
Teen Fiction"Papa, sepatunya kena wajah Meisya ...." "Cukup, Pa!" "Papa, Meisya kesakitan sekarang." "Meisya minta maaf." "Meisya mohon maafin Meisya ...." "Pa, kaki Meisya perih ...." "Tangan Mei juga perih, Pa." "Meisya gak akan bolos lagi, Pa. Meisya janji."...