35. Dor!

11.1K 373 14
                                    

Kalian boleh membenciku, tapi aku tidak akan pernah mengizinkan diriku sendiri untuk membenci kalian.

- Meisya Keyrila Cheryl

---><---

Regan dan Alina diharuskan pulang untuk menyelesaikan masalah yang dibuat oleh Gerry. Saat sampai di rumah, keduanya menemukan Gerry yang sedang duduk sembari melamun.

Alina yang sedari dulu tak pernah sekecewa ini kepada Gerry, sekarang dia bergegas mendekati Gerry dan menamparnya. Tanpa ia izinkanpun air matanya ikut lolos seperti saat ia baru mendengar kabar ini dari Lita-- adiknya.

Gerry langsung tersadar dari lamunannya. Memegangi pipinya yang terasa panas terkena tamparan.

"Ma-mama ..."

Bisa dibayangkan bukan bagaimana kecewanya seorang ibu yang mengetahui anak laki-lakinya telah menghamili seorang gadis. Anak laki-laki yang seharusnya bisa menjaga dan menghargai wanita.

Laki-laki yang seharusnya berpikir dahulu sebelum melakukan hal fatal itu. Berpikir jika ibunya juga seorang wanita.

Sekarang bayangkan saja ibunya. Saudara perempuannya tidak termasuk, karena tidak semua anak laki-laki mempunyai saudara perempuan. Bayangkan jika ibunya dihamili oleh laki-laki lain yang bukan ayahnya.

Bagaimana perasaan anak laki-laki itu? Hancur bukan? Lalu mengapa Gerry tidak berpikir ke sana? Terlebih lagi Gerry mempunyai dua saudara perempuan. Apa Gerry tidak berpikir jika saudaranya yang dilecehkan oleh temannya?

"Kenapa Gerry, kenapa?! Kenapa kamu lakukan ini? Apa kamu tidak memikirkan mama, Antartica, dan juga Meisya yang sama-sama perempuan? Lalu apa kamu juga tidak memikirkan bagaimana nasib wanita yang telah kamu hamili itu?" Tidak ada pertanyaan lain dari Alina selain ini. Alina hanya ingin menanyakan bagaimana jika Gerry berada di posisi keluarga Nesya.

Regan, dia duduk dengan memegangi kepalanya. Kepalanya sudah pusing karena masalah pekerjaannya, dan sekarang anaknya juga membuat masalah.

Gerry terduduk di lantai memegangi kaki Alina. Bersujud dan mencium kaki sang mama untuk meminta maaf. Ia tahu ini adalah kesalahan yang sangat besar.

Alina ikut duduk dan menyentuh wajah Gerry. Wajah anaknya yang selalu ia pamerkan kepada teman-temannya di Eropa sana.

"Maafin Gerry, Ma," lirih Gerry.

Alina memeluk Gerry erat. Ia tidak bisa marah lebih lama lagi kepada anaknya ini. Alina lemah melihat anaknya menangis. Alina tidak sanggup.

Mungkin jika sekarang ada Meisya di sini, Meisya juga akan menangis. Iya, menangisi takdirnya yang tidak pernah diperlakukan seperti ini.

---><---

Meisya masih belum sadarkan diri dari pingsannya. Matanya masih terpejam rapat seolah tidak akan pernah lagi terbuka dan melihat dunia.

Rangga, laki-laki itu sedang pergi menuju ke rumah Meisya untuk memberitahu keluarganya. Ia tidak peduli jika Meisya akan marah karena telah memberitahukannya kepada keluarganya. Rangga hanya mau keluarganya tahu. Terserah bagaimana respon mereka, yang terpenting ia sudah memberitahunya. Jika memang mereka tetap kukuh dan tetap tidak peduli pada Meisya, maka yasudah, ia akan berhenti.

MEISYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang