Aku hanya bisa berdoa. Aku tak bisa berbuat apapun. Di sini kamu dan dia yang menjalankannya.
- Meisya Keyrila Cheryl
----><---
Keadaan di meja makan saat sarapan pagi begitu hening. Biasanya suasananya akan hangat dan penuh canda tawa, apalagi ketika tidak ada Regan dan Alina.
Vino yang diam-diam memperhatikan Meisya. Gerry yang memasang wajah lelahnya, lelah belajar untuk ujian akhir. Dan Antartica yang tetap tenang memakan rotinya tanpa menyadari situasi yang terjadi sekarang.
"Makan tuh yang benar. Cari perhatian banget pake belepotan segala. Ingat umur ... Udah remaja kok ya masih kayak anak kecil," ujar Vino menyindir.
Antartica, Gerry, dan Meisya langsung mengusap sekitar mulutnya, seperti orang yang tengah mencari-cari dimana yang Vino maksud.
Antartica dan Gerry tidak merasakan sekitar mulutnya yang belepotan. Sementara Meisya memberikan cengiran malu saat tangannya mengenai sedikit selai cokelat di dekat bibirnya.
"Kalau nyindir tuh pake nama," balas Antartica.
"Kalau pake nama, namanya bukan nyindir. Lagian ya Kak, Lo bukan remaja, tapi dewasa. Ingat umur ... Ini bukan saatnya Lo belepotan, tapi nikah," sindir Vino pedas.
Antartica mendengus sebal. Mengapa juga harus membahas tentang nikah? Ini adalah topik pembicaraan yang paling dihindari Antartica.
Gerry menahan tawanya. Hendak kesal pada Vino, tapi tidak jadi. Aneh memang.
"Oke, liat aja nanti sore gue pulang dari kantor ajak pacar gue buat mampir. Kalau emang gue gak ajak pacar gue, Lo bebas minta apapun. Tapi kalau pacar gue ke sini, gue juga bebas minta apapun ke Lo," tantang Antartica tersenyum smirk.
"Oke!" Vino menerima tantangan Antartica.
Meisya menyudahi sarapannya. Menggendong tas sekolahnya yang tadi ia letakkan di kursi kosong yang ada di sampingnya.
"Meisya berangkat duluan. Jadwal piket," pamit Meisya yang ditanggapi senyuman oleh Antartica dan Gerry.
"Gak ada yang nanya alasan Lo berangkat duluan, 'kan?"
Meisya menutup mulutnya dan bergegas pergi. Tak ada yang perlu ditunggu lagi. Tadi malam pun Gerry bicara pada Meisya kalau dia akan berangkat sekolah bersama Nesya-- teman sekelasnya.
Gerry menyikut lengan Vino saat Meisya sudah keluar rumah. Baru kali ini ia melihat Vino sedingin ini pada Meisya yang katanya adik kesayangannya.
Vino balas menginjak kaki Gerry di bawah sana dan membuat Gerry terpekik kesakitan.
"Gila kali Lo!" Gerry masih meringis.
Vino berjalan menuju kamarnya untuk kembali tidur. Hari ini Vino kuliah siang. Dan dia juga tidak ada niatan sama sekali untuk pergi ke kantor membantu Antartica.
Tidak peduli dengan Vino, kini Antartica dan Gerry saling pandang. Merasa ada yang aneh antara Vino dan Meisya.
---><---
Meisya berjalan sendirian menuju sekolahnya. Meisya memilih untuk naik angkutan umum saja ke sekolah.
Saat melewati jalanan yang cukup sepi, Meisya melihat seorang pria seumuran Antartica yang sedang mabuk.
Meisya berusaha untuk tetap jalan biasa seperti tadi dan bersikap seolah tidak ada pria itu. Padahal sebenarnya Meisya sangat takut. Di sini sepi dan Meisya malah berpikir yang tidak-tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISYA [TERBIT]
Teen Fiction"Papa, sepatunya kena wajah Meisya ...." "Cukup, Pa!" "Papa, Meisya kesakitan sekarang." "Meisya minta maaf." "Meisya mohon maafin Meisya ...." "Pa, kaki Meisya perih ...." "Tangan Mei juga perih, Pa." "Meisya gak akan bolos lagi, Pa. Meisya janji."...