13. Gak Jadi Pergi?

2.4K 210 1
                                    

Ini adalah permintaan pertama yang kalian kabulkan.

- Meisya Keyrila Cheryl

---><---

Senyum tak pernah hilang dari bibir Meisya. Pagi harinya tidak ada raut kesedihan seperti biasa. Hal kecil yang dilakukan papanya tadi masih terputar jelas di ingatannya.

Meisya berjalan riang menuju kelasnya walau sesekali ia harus memperhatikan sekitar takut-takut ada Pak Jono-- guru piket yang akan berkeliling di pagi hari untuk memastikan semua muridnya masuk ke kelas masing-masing dan akan menghukum murid yang telat.

Dug

Di belokan koridor Meisya berhenti kala kepalanya dengan tidak sengaja menabrak dada seorang cowok. Meisya mendongakkan kepalanya untuk melihat cowok itu.

Cowok itu-- Rangga tersenyum pada Meisya. Tangannya terangkat dan mengusap kening Meisya karena takut Meisya merasa sakit saat menabrak dada bidangnya.

"Rangga? Kok Rangga nggak masuk ke kelas?" tanya Meisya.

"Hah? Gue? Gue tadi cek ke kelas Lo, tapi gak ada Lo di sana. Jadi gue inisiatif buat cari Lo," jawab Rangga sedikit gugup.

Meisya mengangguk saja kemudian kembali berjalan meninggalkan Rangga yang masih terdiam tanpa bergerak sedikitpun.

Rangga mengerjap saat tidak mendapati Meisya sudah tidak ada di hadapannya lagi. Dan langsung mengejar Meisya yang sudah lumayan jauh jaraknya.

"Tumben Lo telat, Mei." Rangga masih berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan langkah Meisya.

"Meisya tadi naik angkot ke sekolahnya," balas Meisya.

"Tumben."

"Ish, kok Rangga ngomongnya 'tumben' mulu?" protes Meisya kesal.

Rangga menggaruk tengkuknya baru menyadarinya.

"Lagian gue heran, Mei. Biasanya Lo itu kalau berangkat sekolah gak pernah kesiangan. Terus tadi ditambah Lo juga bilang kalau Lo berangkat naik angkot," ujar Rangga heran. "Biasanya kalau gak naik motor bareng Kak Gerry, ya Lo pasti diantar sama bokap Lo kayak beberapa hari terakhir," lanjutnya.

Meisya menghentikannya langkahnya dan membuat Rangga ikut menghentikan langkahnya juga.

"Papa ada meeting pagi jadi gak bisa antar Meisya," ucap Meisya lesu.

"Tapi tadi bokap Lo anterin Kak Gerry."

"Tadi Meisya bangun kesiangan jadi ditinggal."

"Tumben."

"Rangga bilang 'tumben' lagi Meisya bunuh, ya!" ancam Meisya dengan mata yang terbuka lebar menatap Rangga.

Rangga mengacak-acak rambut Meisya gemas. Rangga bersyukur bisa sedekat ini dengan Meisya walau Meisya belum tahu apa isi hatinya.

"Rangga, rambut Meisya berantakan!" teriak Meisya.

Rangga membekap mulut Meisya dengan tangannya. Jika tidak, bisa dipastikan Meisya akan protes lebih panjang lagi dan parahnya akan berteriak seperti tadi.

MEISYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang