10. Kak Anta Gak Boleh Pergi!

3.3K 228 2
                                    

Seorang kakak bisa bersikap seperti seorang ibu untuk anaknya pada sang adik. Lalu mengapa seorang ibu tidak bisa?

- Meisya Keyrila Cheryl

---><---

Meisya keluar dari kamarnya dengan menggunakan celana training panjang dan kaus berlengan pendek. Di kedua pundaknya ada handuk berukuran kecil. Rambutnya dikuncir kuda.

Sudah bisa ditebak kalau Meisya mau berolahraga. Ia akan pergi joging mengelilingi komplek perumahannya ditemani Rangga, Steven, Leo, dan Arizka.

"Ehh, kok Rangga malah ke sini?" tanya Meisya saat mendapati Rangga yang tengah duduk di sofa.

Di hadapan Rangga ada Vino dan Gerry. Di sini sangat terasa kalau suasananya begitu menegangkan.

Karena penasaran, Meisya ikut duduk di antara mereka bertiga. Meisya memperhatikan dua abangnya yang menatap Rangga dengan begitu tajam.

"Lo beneran gak apa-apain adik gue 'kan?" tanya Vino mengintrogasi.

Rangga melirik Meisya yang duduk di sebelahnya seakan bertanya apa maksud pertanyaan Vino tadi.

"Jawab pertanyaan gue! Dengan Lo diam kayak gini, gue malah curiga Lo udah apa-apain adik gue," sentak Vino.

"Meisya, Lo duduk sini." Gerry membuka suaranya dan menyuruh Meisya duduk di tengah-tengah antara dirinya dan Vino.

Karena Meisya takut dengan suasana seperti ini, jadi dia menurut saja. Meisya tidak mau ini bertambah rumit.

"B-Bang Vino ... Rangga itu yang udah nolongin Meisya dari Om Penculik bodoh itu." Dengan terbata-bata Meisya membantu Rangga menjawab pertanyaan Vino.

"Diam, tutup mulutmu, dan jangan membela laki-laki itu," ucap Vino penuh penekanan.

Meisya langsung menutup mulutnya. Menelan saliva dengan susah payah. Ia baru melihat Vino semarah ini. Semarah-marahnya Vino, Meisya belum pernah mendengar Vino berkata-kata dengan nada seperti itu.

"Jawab atau Lo gak akan pernah ketemu adik gue lagi," ancam Gerry.

"Waktu itu ... Waktu itu ... Waktu itu gue cuma mau nolongin Meisya dari para penculik itu. Gue takut Meisya diapa-apain sama mereka. Gue takut Meisya terluka. Waktu itu gue gak peduli sama kondisi gue selanjutnya--"

"Gue sama abang gue, cuma mau tau kejujuran Lo, bukan kondisi Lo!" ucap Gerry tajam.

Meisya semakin takut dengan suasananya sekarang. Mengapa sekarang suasananya terlihat sepi? Apa selain mereka bertiga belum ada yang bangun lagi dari tidurnya?

"Bang Vino, Bang Gerry ... Rangga gak apa-apain Meisya kok. Jangan kayak gini ya, Meisya takut..." rengek Meisya menatap Vino dan Gerry bergantian.

Gerry meraih wajah Meisya agar menatap matanya. Menatap Meisya dalam dan dengan perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Meisya. "Apa yang Lo takutin, hm?"

Meisya belum berani menjawab pertanyaan Gerry sekarang. Seketika Gerry terlihat menyeramkan saat sedang marah seperti ini.

"Apa yang Lo takutin?" ulang Gerry.

"Meisya ... Meisya takut ngeliat Bang Vino sama Bang Gerry kalau lagi marah gini," jawab Meisya terbata-bata.

Gerry semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Meisya. "Kata siapa gue marah?"

"Keliatan dari wajahnya."

"Apa alasan gue sama Bang Vino marah?"

"Kalian marah karena waktu itu Meisya pulang malam dan diantar pulang sama Rangga. Terus kalian juga curiga Rangga udah apa-apain Meisya, 'kan?"

MEISYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang