6. Mama dan Papa Pulang

3.5K 259 1
                                    

Selamat datang mama dan papa. Makasih udah datang buat liat wajah rapuh aku.

- Meisya Keyrila Cheryl

---><---

Meisya memetik bunga mawar berwarna merah itu lalu kembali menghampiri lelaki yang sedang duduk di kursi taman.

Lelaki itu menatap Meisya dengan sedikit heran. Mengapa Meisya memetik bunga itu? Memangnya tidak takut ketahuan lalu dihukum?

"Kok dipetik bunganya, Mei?" tanya lelaki itu, Rangga.

Ya, lelaki yang sedang bersama Meisya itu Rangga--- lelaki yang menyukai Meisya sedari lama.

"Waktu Meisya pegang bunga mawar ini itu rasanya kayak lagi berhadapan langsung sama mama dan papa," ujar Meisya.

"Maksudnya?"

"Harus penuh kehati-hatian."

Di akhir kalimatnya Meisya hanya tersenyum saat melihat Rangga semakin bingung.

"Lupain aja, Ngga," lanjut Meisya.

Meisya ikut duduk di samping Rangga dengan tangan kanan yang masih memegang setangkai bunga mawar itu.

Rangga tidak bergeser untuk semakin dekat dengan Meisya, tapi laki-laki itu sedikit merubah posisi duduknya dan sekarang ia dapat melihat dengan jelas wajah cantik Meisya dari samping.

Rangga memasukkan tangannya ke saku celana untuk mengambil sesuatu di dalamnya.

"Gue ada cokelat buat Lo. Gue tau Lo itu suka banget sama cokelat." Rangga memberikan cokelatnya kepada Meisya.

Meisya menatap Rangga lalu cokelat di tangan laki-laki itu secara bergantian. Terima atau tidak?

Dengan sedikit terpaksa Meisya menerima cokelat pemberian Rangga. Lagipula tidak boleh menolak pemberian orang lain. Pamali.

"Makasih, Ngga. Nanti Meisya makan di rumah," ucap Meisya.

Sebenarnya untuk beberapa hari ini Meisya dilarang memakan cokelat oleh Antartica, Vino, dan Gerry. Jika saja yang melarangnya hanya salah satu dari mereka, pasti Meisya sudah melanggarnya.

Salah satu anak kecil yang sedang bermain di taman ini berlari ke arah Meisya dan Rangga. Anak kecil itu berdiri di hadapan Meisya dengan tersenyum. Tanpa sadar tangannya itu sudah memegang sebelah tangan Meisya yang tidak sedang memegang bunga mawar.

"Kakak mau main sama Aca nggak? Aca punya bola di sana." Anak kecil bernama Aca itu menunjuk tempatnya tadi bermain. Dan benar saja di sana ada bola.

Meisya melirik Rangga yang ada di sebelahnya dan dibalas senyuman oleh laki-laki itu. "Aca kok mainnya main bola? Aca 'kan perempuan."

Aca tersenyum memperlihatkan deretan gigi rapinya itu. "Dua kakaknya Aca cowok. Terus adiknya Aca juga cowok. Jadi Aca udah biasa main bola," jawab Aca bercerita.

Meisya melirik Rangga lagi. "Udah sana, Mei. Gue tungguin Lo di sini," kata Rangga.

"Noh, suaminya kakak aja kasih izin. Ayo, kak," ajak Aca.

Meisya dibuat gelagapan oleh anak kecil berusia lima tahun ini. Sedangkan Rangga berusaha bersikap biasa saja padahal jantungnya sedang berdetak tak karuan sekarang. Tapi sebenarnya Rangga juga senang ada yang mengatakan seperti itu. Ya walaupun yang mengatakan seperti itu anak kecil, berarti secara tidak langsung Aca mengatakan kalau dirinya cocok dengan Meisya.

Meisya memberikan bunga mawar itu kepada Rangga. Tidak mungkin 'kan, bila ia bermain bola sembari memegang bunga mawar. Bisa-bisa bola itu meletus karena tertusuk duri.

MEISYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang