29. Hilangnya Semua Kekuatan

4.2K 240 12
                                    

Itu bukan aku. Mengapa semua bukti mengarah kepadaku dan membuatku kehilangan satu-satunya kekuatan yang tersisa?

- Meisya Keyrila Cheryl

---><---

"Ini uang gue kumpulin dari satu tahun lalu. Gue mau gunain uang ini buat kirim hadiah happy anniversary mama dan papa. Buat hadiah ulang tahun Kak Anta sama Bang Vino juga sih sebenarnya. Tapi sekarang gue udah benci dua kakak gue itu, Mei. Dan sekarang gue bingung uang ini mau buat apa," ucap Gerry sembari memegang celengan ayamnya.

Gerry mengumpulkan uang itu dari satu tahun lalu untuk mengirim hadiah perayaan anniversary orangtuanya bulan itu-- bulan Juni.

Meisya sedang berada di kamar Gerry dengan membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Mendengarkan dengan baik apa yang Gerry ceritakan.

Meisya memainkan jarinya di atas perut. Memikirkan pendapat apa yang akan ia berikan.

"Itu hasil sisa uang jajan gue sama hasil jualan. Lumayanlah ... Tapi sekarang gue malah bingung sendiri mau buat apa," lanjut Gerry.

Meisya bangkit dari tidurnya. "Abang 'kan sebentar lagi lulus sekolah, uangnya buat nambahin daftar kuliah aja. Iya Mei tau orangtua kita mampu buat bayar daftar kuliah Abang itu, tapi ya ... Rezeki orang 'kan gak ada yang tau, Bang," saran Meisya.

Gerry menaruh celengannya ke dalam lemari pakaian lalu menguncinya rapat agar tidak ada orang yang mengambilnya. Kembali duduk di sebelah Meisya.

Termenung memikirkan saran dari Meisya. Ada benarnya juga. Rezeki orang tidak ada yang mengetahuinya. Hanya Allah yang mengetahuinya, karena rezeki yang kita punya semuanya dari Allah.

"Lo udah sembuh?" Gerry mengalihkan topik pembicaraannya.

Meisya mengangguk. Lagi-lagi ia harus berbohong. Mungkin sekarang sudah tidak bisa dihitung total kebohongannya selama ini.

Berbohong untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Begitulah, sekali berbohong akan terus berbohong untuk menutupi semua kebohongannya dari awal. Seolah seperti tidak ingat akan dosa.

"Lo ngapain aja sih waktu di rumah? Perasaan tiap gue tinggal berangkat sekolah Lo di kamar. Gue pulang sekolah pun Lo masih di kamar. Mereka nyuruh-nyuruh Lo?" tanya Gerry menghadap Meisya.

Meisya terdiam. Antartica dan Vino selalu menyuruh-nyuruh dirinya mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan pembantu di rumahnya pun sampai diliburkan oleh Antartica.

"Meisya," panggil Gerry membuat Meisya refleks berdeham dan Gerry malah menyimpulkan dehaman itu sebagai jawaban 'ya'.

"Bangsat," gumam Gerry. Rahangnya mengeras dikarenakan amarahnya yang sudah memuncak.

Memaki dua kakaknya dalam hati. Apakah mereka tidak bisa melihat kalau Meisya sedang sakit? Apakah wajah pucat dan tubuh lemas Meisya tidak bisa membuat mereka memiliki rasa kasihan sedikitpun?

"Dasar anak tukang ngadu. Awas aja, gue akan balas Lo, Meisya. Tingguin aja ya ... Udah gak lama lagi kok. Gue udah gak tahan soalnya."

---><---

"Bangun Lo! Pemalas banget sih jadi anak, mana anak cewek pula. Pemalas, gak tau diri, ngabisin uang doang kerjaannya," omel Antartica.

Jam lima sore Meisya sedang tidur-- perintaj Gerry. Sekarang Gerry sedang pergi bertemu sahabat 2Rnya.

Meisya langsung terbangun mendengar Omelan kakaknya. Dia tidak kesal, tapi hanya kaget.

MEISYA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang